Senin, 27 Juli 2009

Mr. Quality Vs. Mr. Long Run Vs. Mr. Superstition

Bro sekalian yang mengaku penggemar balap motor pastinya tidak melewatkan siaran MotoGP dari Donington kemarin. Cuaca yang seringkali terancam hujan (dan memang sempat hujan) membuat situasi sulit di prediksi dan melahirkan keadaan yang "luar biasa". Tampaknya Sirkuit Donington Park ingin memberikan sajian yang berbeda sebagai tanda perpisahan sirkuit legendaris yang segera direnovasi untuk ajang F1 ini.

Seperti Bro sudah ketahui, Dovizioso akhirnya memperoleh kemenangan pertamanya, tidak lepas dari kesalahan yang dibuat para pesaingnya: Stoner yang jadi korban keputusan judi Ducati, Lorenzo yang lupa daratan, Rossi yang jadi kelinci percobaan dan tameng Dovizioso, dan Pedrosa yang katanya bermasalah dengan ban (semua bermasalah kali...) dan tampak bermain (terlalu-red) aman. Sebenarnya ini kesempatan baik bagi Pedrosa untuk mengejar ketertinggalan, terlebih mesin RC212V gress yang pertama kali diterjunkan di Sachsenring lalu benar-benar terlihat sangat powerful. Terbukti Pedrosa dapat menyalip DePuniet dengan santai di straight yang hanya 500 meteran itu, bahkan top speednya beda 10 Km/jam! Bayangkan, mungkin kalau di trek lurus extra panjang macam Catalunya bisa 20 Km/jam tuh! Namun, trauma jatuh masih cukup untuk meredam keinginannya untuk menang. Berbeda dengan Jorge Lorenzo yang memang bandel dan disebut-sebut berhati singa, terlebih karena performanya di Laguna Seca lalu! Yup, meskipun dr. Costa tidak merekomendasikan, Lorenzo tetap bersikeras turun balap. Akhirnya segala teknik kedokteran, obat bius, terapi dsb. dipraktikkan supaya si pemuda Mallorca ini bisa turun beraksi.

Kita kembali ke judul! Yup, ketiga orang yang saya maksud memang tiga pembalap teratas saat ini. Kita mulai dari Mr. Quality yakni Stoner. Kenapa dia dapat julukan Mr. Quality? Karena memang diantara para bintang MotoGP dia yang dianggap paling bisa menunjukkan kualitas dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Maksudnya, di saat latihan maupun kualifikasi, doi hanya sedikit turun ke sirkuit, tetapi performanya langsung josssss! Dahsyat memang melihat performa Stoner di lintasan. GP9 saat di tikungan dan mengerem habis-habisan dibuat menari-nari, berbeda dengan rider Ducati maupun Yamaha yang kelihatan anteng-anteng saja. Singkatnya turun tangan Stoner di lintasan tidak lepas dari virus yang dideritanya, yup, Stoner harus irit tenaga. Yang menjadi masalah bagi Stoner adalah, virus ini tidak bisa dideteksi oleh para dokter. Ki Gede Anue menyarankan, Stoner harus diruwat! Kata paranormal tanah air ini, masalah Stoner adalah masalah gaib.......

Sekarang kita beralih ke Mr. Long Run, siapa lagi kalau bukan Jorge Lorenzo. Ketika Stoner hari Sabtu lalu hanya butuh sekitar 18 lap, Lorenzo dengan rajinnya menggeber M1 hingga 33 lap! Yoi, paling rajin deh... Ini yang perlu dipelajari dari Lorenzo, niat kuat dan kerja keras. Lorenzo mengkondisikan latihan dan kualifikasi layaknya balapan. Tidak cuma mengetes kedua motornya, dengan jumlah lap yang ditempuh dia juga mengecek ketahanan ban dan menggonta-ganti racing line dan titik pengereman. Jangan heran makanya kalau doi menjadi penantang Rossi paling serius musim ini. Terlebih sama-sama mengendarai M1 yang terlihat paling nurut dan anteng di tikungan. Suara M1 yang masih layaknya motor superbike pun bisa jadi membuat ridernya lebih tenang dan tidak terkuras staminanya. M1 yang tahun ini powerful sepengamatan saya tidak meledak-ledak penyaluran tenaganya, otomatis joki tidak terlalu dikuras tenaganya dan ban pun lebih awet! Hanya sebatas suara memang tidak sangar hehe.. bahkan meskipun suaranya kalem, M1 bisa dibilang paling blepotan suaranya. Setiap ganti gigi saat berakselerasi timbul letupan yang keras yang anehnya tidak terdengar di TV!

Sayang kemarin Lorenzo terjatuh... doi terlalu bersemangat dan lupa, haram hukumnya menginjak garis putih yang basah saat mengerem keras ataupun berakselerasi habis-habisan! Tampaknya, meskipun secara teknis dan motor setara Rossi, pengalaman yang membuat Lorenzo masih kalah selangkah dari Rossi. Menurut Ki Gede Anue, Lorenzo pun butuh ruwatan biar tidak keseringan sial!

Sekarang kita membahas pembalap legendaris yang satu ini, Rossi! Seperti Bro ketahui, Rossi punya banyak ritual dan kepercayaan-kepercayaan yang menyertai karier balapnya.
Dalam siaran DSF bike hari minggu lalu yang membahas baju balap Rossi, terungkap hal yang menarik. Di siaran itu, sang bos Dainese yang turun tangan menjelaskan sejarah singkat Dainese dan baju balap Rossi. Saat ini, Dainese menggunakan kulit Kangguru, sebab kulit sapi dinilai terlalu berat. Di baju balap Rossi pun banyak tersimpan teknologi hasil pengembangan bertahun-tahun. Misalnya bentuk baju balap yang disesuaikan dengan posisi riding, ataupun semacam kerutan elastis di belakang pinggang yang dipatenkan Dainese. Bagian ini membuat pembalap lebih leluasa bergerak. Di baju balap pun terkandung material karbon maupun titanium yang menjadi protektor. Lihat sendiri waktu Lorenzo terjatuh kemarin kan, saat titanium menggerus aspal (Lorenzo pake Dainese juga kan...). Yang aneh sih, teknologi airbag kok tidak disebut-sebut lagi ya??? Apakah termasuk teknologi yang gagal? Atau mungkin dianggap terlalu berlebihan???

Wow, ngelantur kejauhan dari tema.... Yang menarik sih saat ada wawancara dengan seorang ibu-ibu di pabrik Dainese itu. Ibu-ibu ini bertugas menjahit baju balap Rossi. (yoi, masih handmade lho...). Nah dia bilang kalau menjahit baju balap the Doctor harus extra hati-hati, jangan sampai jatuh ke lantai, sebab setiap jatuh ke lantai, Rossi jatuh! Nah jangan-jangan tuh ibu-ibu minggu lalu menjatuhkan baju balap Rossi yang dijahitnya..... Apapun alasannya, Ki Gede Anue menganjurkan Rossi ikut ruwatan juga! Ki Gede Anue menyatakan siap meruwat Rossi, Stoner dan Lorenzo dengan harga mahasiswa......


Foto: Bajakan by HP-Klassikku

Terawang Gaib by Ki Gede Anue

8 komentar:

  1. race Donnington kemaren bener2 aneh, coz balapannya pelan2..ehehehhee...
    pas Lorenzo jatoh, bener2 sedih..tapi pas Rossi jatoh, bener2 menyenangkan.. :P bener2 ngga rela kalo Rossi menang setelah Lorenzo jatoh...
    bagus lah, biar yg menang ngga cuman itu2 aja..bosen lama2 yg menang Rossi terus...Stoner terus..Lorenzo lagi :D

    BalasHapus
  2. hehe...
    tenang aja.. abis liburan mendatang dijamin Pedrosa sama Dovi tambah ngacak2 trio itu.. mesin barunya itu sangar euy.. tapi masalah ama ban mulu kayanya...

    BalasHapus
  3. teteup masih dukung dek Lorenzo :D

    ini masalahnya kalo pake single tyre, ngga bisa pesen kompon khusus..mesin sangar, bisa jadi efeknya malah jadi boros ban...

    mudah2an seru sampe akhir musim, duel2 macem Catalunya kemarin terus ada, bukan cuma antara Rossi-Lorenzo aja, mudah2an bisa antara Melandri-Lorenzo :D

    BalasHapus
  4. Melandri bakal bisa bicara banyak di kala hujan atau di trek yang straightnya pendek. dari suara mesinnya, ketara powernya payah...
    ZXRR bunyinya sedikit lebih kering dan keras dari Yamaha.. dibanding Ducati n Honda culun deh bunyinya.
    btw, no balap ampe agustus.. kering euy.. biarin deh, biar konsen dulu nih

    BalasHapus
  5. kalo gak salah, M1 sama ZX-RR sama2 pake mesin inline 4 silinder, seperti mesin sportbike kebanyakan...sedangken yg lain pake V4 dan Ducati pake L4..
    mungkin itu yg bikin suara yg keluar antara M1 sama ZX-RR jadi mirip2..(padahal mah belom pernah denger langsung..hehehe..)

    btw, talking2 about baju balap, katanya di Donnington kemaren Rossi sama Lorenzo dikasi baju balap Dainesse D-Air yg ada airbag-nya, kok waktu keduanya jatoh ngga ada keliatan ngembang yah??adakah yg ngulas tentang itu disana??

    BalasHapus
  6. yoi, makanya mirip.. n sama-sama big bang, jadinya penyaluran tenaganya lebih halus.

    soal airbag dainese ga dibahas2 lagi.. kalaupun berfungsi, kan ngembangnya kalo sepintas ga keliatan, kan sekarang tipis di dalam baju balapnya, paling ngembung 1 cm doang, susah juga bedain kalo sepintas.
    tapi mungkin juga sih ga jadi diterapin, kan nambah 1 ,5 kg n mungkin teknologinya dianggap belom mateng.

    BalasHapus
  7. gitu yah...
    liat liputan2 sebelumnya, ngembangnya lumayan keliatan kok...walopun ngga segede yg dipake Simoncelli di 2007...

    entah lah...

    BalasHapus
  8. yoi, hanya Dainese dan klien2nya yang tahu...
    kalo saya pikir sih tuh teknologi ga jadi dipake, mungkin masih dianggap berlebihan, atau biaya dianggap terlalu tinggi dibandingkan manfaat

    BalasHapus