Kamis, 04 Juni 2009

Mio Yang Bukan Yamaha



Dalam perjalanan ke Mesjid hari ini (alim mode on), saya ketemu lagi sama si skuter mini ini. Dulu saya pikir ini Yamaha Fino, soalnya sepintas terlihat mirip, ternyata bukan tuh. Sayang dulu tidak saya foto, nah kali ini tidak saya lewatkan kesempatan perak ini (emas mahal euy..), saya foto dari dua sisi.
Nah, jelas kan fotonya... Motor lutu ini bukan Yamaha, walaupun namanya sangat Yamaha sekali di tanah air: Mio alias my dalam bahasa Inggris. Nama Mio diambil dari bahasa Itali, yang berarti my untuk barang yang maskulin, contohnya mio Padre alias mio Papa. Sedangkan kalau feminin jadi mia, contohnya mia Madre alias mia Mama. Jangan heran kalau orang Italia sering mengatakan Mama mia...... kalau makan makanan maknyuzzzz, sebab di tradisi para Italiano, makanan yang paling enak adalah masakan nyokapnya.
Kembali ke si mungil: Sym Mio 50, motor asal Taiwan yang mengusung konsep klassik. Sekilas garis bodi dan lampunya memang mirip Yamaha Fino, makanya pada awalnya saya sempat kaget kalau ada motor klonengan bisa beredar di Jerman. Ternyata, beda Bro.. pantesan bisa beredar!
Mio 50 ini tampil beda dibandingkan motor kelas 50 cc lainnya yang kebanyakan masih mengusung mesin 2 tak. Sym membekali Mionya dengan mesin 4 tak satu silinder berpendingin udara. Si imut klassik ini ternyata memiliki tenaga yang cukup besar untuk mesin 50 cc 4 tak, yakni sebesar 4 PS. Nantinya, buat mereka yang tidak cukup puas bisa menggebet yang 100 cc lho, soal tenaga tentunya melonjak hingga 8 PS.
Mio 50 termasuk motor yang murah di Jerman, dengan 1599 Euro (harga tahun 2005), si imut sudah bisa dimiliki. Artinya masih irit sekitar 400 Euro dibandingkan Suzuki Address 125. Wah, Yamaha Fino sudah nongol belum ya tahun 2005? Jangan-jangan desain Yamaha Fino itu......(suudzon mode on, siapa yang nongol duluan ya?????).
Sesuai Aturan, motor berbobot 85 Kg ini hanya bisa digeber hingga 45 Km/jam saja. Jangan coba-coba di tune up berlebihan, sebab dalam razia polisi Jerman, peralatannya lumayan lengkap! Bukan hanya dengan pistol radar yang bisa menngukur kecepatan, ada alat lainnya yang lebih sederhana. Ada semacam dynojet mini yang dibawa di mobil van pak Pulisi.. Dynojet mini ini bukan digunakan untuk mengukur tenaga mesin, tetapi untuk mengukur top speed motor saja, sebab banyak juga lho pelanggaran yang dilakukan anak muda sini. Mereka keranjingan juga men-tune up skuter mereka, yang tadinya hanya bisa berlari 45 Km/jam bisa dengan mudah di tune-up hingga tembus 80-100 Km/jam. Kalau sudah ketangkap basah, ya motor harus dikembalikan ke kodratnya semula. Untuk urusan ini, Polisi Jerman sayangnya tidak seramah pak Pulisi di tanah air yang bisa diajak "diskusi" dan senang "membantu".
Foto: HP-Klassikku

3 komentar:

  1. wew...kalo diluaran yg namanya 'skuter' tu ngga bisa kenceng yah...kapasitas juga mungil2, 50cc..
    kalo dijual dimari, orang2 indo udah ilpil duluan kali yah...hahaha...

    BalasHapus
  2. Bhuahahaha.,
    Arie Slight...
    Pulisinya Indo senang membantu ya :D

    BalasHapus
  3. @Nunoe: skuter gede kenceng lho..#kalo yang 50 cc buat apa kenceng2, kan dah mentok di aturan. Kalo Mio di Indonesia paling laris sih ga lepas juga dari segudang peranti tuning after marketnya..
    duh, kapan nih Tiger keluar juga paket2 bore upnya.... punya ijk dah oversize 100 nih.. kalo ada paket bore up tiger ampe 250 n harganya wajar, 99,9% ane beli, daripada balik oversize 0 lagi, mahal beli bloknya hikshiks...
    @anonim: Begitulah Bro.. di satu sisi jelek, di sisi lain ada bagusnya hehe.. sampe hari ini sih berurusan dengan pak Pulisi saya selalu "dibantu" tanpa diminta...

    BalasHapus