Senin, 15 Juni 2009

Ducati Apollo, Sang Leluhur.......


Bro semua pasti kenal dengan Ducati Desmosedici, salah satu sepeda motor paling binal yang ada di muka bumi saat ini. Sekarang, mari kita berkenalan dengan Ducati Apollo, mbahnya Desmosedici. Banyak hal yang menarik jika kita menelusuri kisah Ducati yang satu ini, bahkan boleh dibilang sangat menarik! Sebab, tanpa kehadiran doi, belum tentu Ducati saat ini eksis dengan mesin L-Twinnya.

Berawal dari ide seorang importir Ducati di Amerika Serikat, Mike Berliner yang ingin menggulingkan dominasi Harley Davidson sebagai suplier motor polisi Amerika Serikat. Berliner bersaudara berkehendak merebut jatah pasar ini dari Harley Davidson, sebab secara langsung juga dapat mendongkrak penjualan motor yang sama untuk masyarakat umum. Untuk itu, mereka butuh motor sekonsep yang lebih superior. Mereka pun mengirimkan 2 unit Harley Davidson untuk dipelajari (atau dicontek???) oleh Ducati dan Moto Guzzi.

Berliner bersaudara memang sangat antusias dengan impian mereka, tetapi tidak dengan Ducati. Ducati mengajukan syarat, apalagi kalau bukan uang untuk biaya pelaksanaan proyek ini. Singkat kata, proyek ini pun terlaksana, dan dinamakan Apollo, yup, terinspirasi dari misi Apollo yang menjelajah hingga ke bulan pada masa perang dingin saat itu.

Tahun 1963, lahirlah si Ducati Apollo, sepeda motor bertenaga extra sangar saat itu. Motor bermesin V4-90° (atau disebut juga L-4) berpendingin udara berkapasitas 1256 cc ini menghasilkan tenaga hingga 100 PS bersih di roda belakang. Tenaga ini sangat fantastis di masa itu, mengingat Harley Davidson yang ada di zaman itu hanya menghasilkan 55 PS. Motor berbobot kosong 270 Kg ini pun sanggup meraih kecepatan puncak 190 Km/jam. Tenaga sebesar itu sebenarnya wajar, wong dikawal 4 buah karburator berventuri 32 mm!

Namun, seperti halnya motor-motor berperforma lebih dahsyat dibandingkan motor-motor sezamannya, motor ini kesulitan menemukan ban yang kuat menyalurkan tenaga besarnya. Ban-ban yang beredar saat itu tidak cukup sakti untuk mengawal velg ring 16 ducati Apollo. Akhirnya tenaga pun dikorting dengan menggunakan cukup 2 buah karburator berventuri 24 mm hingga hanya dapat menghasilkan 80 PS saja. Namun, tenaga motor dengan 5 tingkat percepatan ini masih dianggap terlalu menyiksa ban, akhirnya kembali diturunkan hingga 65 PS, dan dinyatakan aman.....

Pada bulan Maret 1964, motor ini pun diserahterimakan kepada pemiliknya melalui sebuah upacara. Motor berwarna emas ini kini tidak jelas keberadaanya. Sayang.... mengingat Ducati hanya sempat memproduksi 2 unit saja! Motor kedua yang berwarna silver-hitam kini bersemayam di museum Ducati di Bologna. Motor ini dihibahkan pemiliknya, seorang pria berkebangsaan Jepang, Hiroaki Iwashita. Berbeda dengan yang berwarna emas, Apollo yang ini benar-benar sport edition, sebab masih menggunakan 4 buah karburator Dell Orto! Apollo tidak jadi diproduksi massal dengan keputusan yang dikeluarkan pemerintah Italia. Memang Apollo dihentikan produksinya, namun konstruksi mesin L menjadi basis pengembangan motor-motor Ducati berkapasitas besar di kemudian hari.

Dimanakah Ducati Apollo berwarna emas? Besar kemungkinan pemiliknya (kalau itu motor masih ada, ataupun pemiliknya masih hidup) termasuk orang yang tidak pernah kuatir kehabisan duit.....

4 komentar:

  1. hohoho...
    can't life without wikipedia :))

    wew..berarti ni mongtor super duper eksotis dunk..cuman ada 2 biji, dan keduanya beda..jadi bisa dibilang, masing2 cuman ada 1 biji..
    kalo yg punya jual ni motor, bisa buat beli pulau kali yah...

    BalasHapus
  2. kalo yang satunya lagi dah lenyap gitu aja deh... jadi banyak yang bilang yang di museum itu tinggal satu2nya... dahsyaaaatt...
    btw, yang ngagetin asal mulanya: jiplak Harley...
    dan itu mesin jadi dasar L-Twin yang sekarang..
    jadi Ducati dulunya ternyata hehehe.... tapi kan itu bentuk luarnya aja kok..

    BalasHapus
  3. ssttt... jgn bilang siapa2 kalo yang satunya ada di saya :D

    BalasHapus
  4. jiakakak... nyari die cast aja ga ada yang jual wakaka...

    BalasHapus