Selasa, 08 Desember 2009

Kenapa Tidak Ada Test Ride?????

Bukan... Kali ini bukan mau membahas Ducati Multistrada 1200 yang akhirnya tidak jadi dikasih nama Ducati Cayenne walaupun gosipnya orang dalam Ducati tidak ingin menggunakan nama Multistrada karena imagenya yang kurang oke (di sini lho...bukan di Indonesia), kita akan membahas tentang test ride yang diselenggarakan pabrikan untuk memperkenalkan motor barunya. Saya pakai gambar ini karena produk ini produk gress. Yang namanya produk gress kan selalu di test ride oleh media....
Seperti yang bisa Bro pantau di blog-blog motor terkemuka tanah air, ada satu hal yang kurang saat YMKI mengundang para blogger papan atas tanah air jika dibandingkan dengan yang dilakukan AHM: test ride! Yup, kali ini kita akan membahas secara singkat dan sesat, kenapa sampai YMKI tidak memberikan kesempatan test ride Jupiter Z anyar. Apakah itu alasan waktu? Alasan biaya? Alasan keterbatasan prasarana? Alasan ilmu pirit-pirit? Atau main aman?
Dalam terawang gaibnya, Ki Gede Anue melihat alasan terakhir menjadi alasan yang paling kuat. Di satu sisi, langkah YMKI dan AHM menjalin simbiosis mutualisme dengan blogger di dalam terawang gaib beliau dianggap sebagai langkah jitu! Yang namanya bersahabat, tentunya banyak hasil positif yang bisa diperoleh. Kalaupun ada yang minus, blogger tentu tetap akan "menyentil", tetapi bukan "menampar". Tentunya sebuah point besar sudah dikantongi produsen melalui langkah semacam ini.
Kita menuju ke "main aman". Ada hal yang bisa jadi dipelajari YMKI dari hasilnya AHM memberikan kesempatan test ride kepada blogger. Hasil tulisan blogger yang mungkin saja berupa komentar yang bernada negatif tentunya bisa merugikan sebuah produk baru. Jika produsen hanya menyajikan desain dan fitur seperti yang dilakukan YMKI, tentunya itu pun bisa disaksikan melalui foto dan artikel oleh para pengunjung blog, sedangkan kalau mengenai test ride, pengunjung blog harus menyerahkan tugas ini kepada si blogger, yakni mengukur karakteristik sebuah motor. Nah, disinilah ada kemungkinan, dimana si blogger akan mengkritik salah satu atau beberapa sisi karakter si motor baru. Dalam hal inilah muncul dilema:
Subjektivitas! Bukan...bukan meremehkan kemampuan blogger untuk menilai sebuah produk secara objektif. Namun, kalau saya mengacu pada teori para penganut aliran konstruktivisme, intinya di dunia ini orang tidak bisa mengukur segala sesuatu secara objektif. Semua yang diterima oleh panca indera manusia selalu tergantung dengan panca indera, pengalaman dan faktor individu si penerima input. Hal yang paling menentukan disini adalah yang disebut Lebenswelt atau lingkungan/ tempat hidup. Contohnya begini:

Di dalam artikel majalah PS bulan Desember yang membahas Kawasaki Ninja sejak generasi awal hingga teranyar, Kawasaki Ninja 250 R dianggap sebagai motor yang mengubah image Ninja, karena bertenaga kecil dan murah. Motor yang dibilang memiliki handling top ini dibilang tidak ada peranti aftermarket dan pilihan bannya. Nah, itu kan dari sudut pandang direksi Jerman untuk pembaca Jerman, makanya ada pernyataan murah, bertenaga kecil, peranti aftermarket /ban tidak ada! Kalau di Indonesia, beda lagi dong.... Meskipun berbeda 180°, tidak bisa kan kalau dibilang redaksi Jerman ngaco, sebab Lebenswelt-nya dia memang begitu.


Wah, kalau semua itu subjektif, bisa kacau dong dunia ini! Menurut teori aliran konstruktivisme, dunia itu tidak kacau karena adanya konvensi atau kesepakatan, ya misalnya adanya ukuran satu liter itu berapa, 2x3 itu berapa, akselerasi motor itu berapa detik dan sebagainya (ya, yang namanya teori pasti ada titik lemahnya lah...). Nah, kalau menilai motor itu tarikannya kuat atau tidak, posisi duduk atau tangan enak atau tidak, kan itu sangat tergantung dari Lebenswelt dan pengalaman hidup si pembuat berita!

Tidak semua blogger sehari-harinya mengendarai motor bebek kan... Tentunya ini bisa menjadi faktor yang riskan, sebab motor bebek rata-rata tenaganya tidak sebesar motor batangan. Artinya akan ada risiko munculnya komentar misalnya: Tenaga kurang...tarikan di putaran atas kurang responsif. Dari posisi duduk pun bisa jadi permasalahan. Misalkan ketika saya biasa membawa Tiger dengan setang pendek dan menjajal Suzuki Smash, maka hal pertama yang saya rasa kurang nyaman adalah posisi duduk dan posisi tangan. Kalau bloggernya biasa naik matic atau motor lainnya yang mesinnya extra halus, bisa jadi dia akan tulis: "mesin terasa agak kasar!" Di dalam test ride, bisa saja ada blogger yang menuliskan demikian. Bukannya si blogger tidak berusaha objektif, tetapi Lebenswelt-nya si blogger membuatnya berkomentar demikian (subjektif)--yang dari sudut pandang si blogger objektif! Bingung???? Pegangan.....

Terus apa ada jalan keluarnya? Ada dooong... Berikan saja motor bebek sebagai pembanding! Dari perbandingan, ruang "subjektivitas" ini akan terbatasi. Supaya enak dan etis, silahkan bandingkan dengan Jupiter Z lama misalnya. Dan biar lebih safe lagi, sediakan instruktur atau pemandu yang bisa menjelaskan, ubahan apa saja yang semakin membuat Jupiter Z anyar lebih baik dan sreg di hati dibandingkan versi sebelumnya. Namun, sebagai blogger, tentu saja akan berusaha mencari titik lemah sebuah produk. Kalau si produsen jantan, itu tentunya menjadi masukan bagus dan pengunjung blog sendiri belum tentu selalu sependapat dengan si bloggernya kan...

Terawang gaib by Ki Gede Anue

Foto:

14 komentar:

  1. wah tulisannya mantap, bener mas, ditambah lagi kalo ternyata hasilnya jelek semua, jadi mending ga usah di test ride sekalian.
    Eh, bisa ga commentnya dibikin kaya warung-warung sebelah biar lebih gampang. disini kok rasanya agak ribet.

    BalasHapus
  2. betul betul... :D
    kebayang kan kalo misalkan mas tri yg biasa nyemplak RS250 ato Monster, disuru bandingin ama bebek 115cc.. :D
    nanti dibilang, "tarikannya kurang mantep..ngga kayak RS250 saya"..wekekeke...

    BalasHapus
  3. Iya ya... setuju sama yang di atas. Hasil test ride sering subjektif. Tapi kalau nggak ada yang test ride, rasanya ada yang kurang n bikin penasaran terus. Biarpun hasilnya bias, tapi test ride tetap bagian penting dalam peluncuran motor baru. Oleh karena itu, test ride perlu dilakukan oleh beberapa rider dengan latar belakang yang berbeda. Prinsipnya, semakin banyak tester semakin baik. Dan biarlah rider itu mengatakan apa adanya (tentu sesuai dengan pengalaman n latar belakangnya), yang penting jujur. Toh, kita bisa membandingkan omongannya dengan tester lain kan. Dari situ, kita bisa 'meraba-raba' bagaimana 'rasa' motor baru tersebut. Contohnya peluncuran Megelli 250R beberapa waktu lalu. Setelah sekian bulan mengikuti berita sana sini di internet, dari para tester hingga pemilik dan pengamat, sekarang bisa mengira-ira potensi sebenarnya dari motor tersebut.

    BalasHapus
  4. Nice artikel bro,
    memang bener kalo biasa bawa motor sport terus nyoba bawa motor bebek rasanya pasti beda banget, bahkan sama2 bawa motor bebek aja, satu motor dengan yang lainnya udah beda karakternya. tambahan lagi test ride gak menjamin lho motor yang dijual punya perporma sama kayak yang ditest ride, ada juga pabrikan yang iseng mengupgrade motor yang buat test ride.

    BalasHapus
  5. Bro sekedar saran... mendingan blog sampeyan ini di pindah ke wordpress aja.. untuk komen2 lebih enak gak pake ribet....

    sayang banget padahal artikelnya menarik2

    BalasHapus
  6. @anonim 1: thx Bro... wah, kalo motor baru mestinya lebih bagus lah..palagi kalo orang pabrikannya mendampingi selama test ride dan bisa kasih konsep jelas, itu motor buat rider yang kaya gimana. Apa buat orang yang doyan sport, atau buat yang jalan santai. Nah si bloggernya nanti akan menilai, tercapai atau tidaknya konsep itu motor. soal komen, bukannya sekarang ga perlu ngetik2 kode lagi Bro? semuanya bebas komen dan dah di set segampang2nya kok...

    @Nunoe: wah, mas Tri sih ga begitu kali, pengalamannya buaaaanyaaaaak.. ada juga kalo bandingin ama RS250, motor2 4 silinder 400 cc pada putus semua!

    @kangban: enaknya testernya dibikinin profil singkatnya juga ya kangban..terus fotonya ditongolin jelas deh, biar kalo dia ngasih komentar nggak ngawur dan sesuai pesan sponsor.

    @anonim2: thx juga Bro... emang agak susah kalau mau dapat penilaian yang benar-benar objektif, makanya, di sisi-sisi yang ada konvensi seperti konsumsi bahan bakar dan tenaga mesin mestinya ditampilkan juga dalam dyno jet yang disaksikan berbagai pihak independent..kalo soal test ride diakal-akalin, ya emang bisa aja sih..tapi lama-lama nanti juga ketahuan kan setelah tuh motor beberapa bulan beredar.

    @anonim3:thx Bro..akan dirapatkan di rapat umum pemegang saham hehehe...

    BalasHapus
  7. Sesat bener sampeyan,hwaladalah...jadi yg pinter ymki nya kalo begitu..

    BalasHapus
  8. bukan lebih pinter dab, tapi lebih maen safe...
    btw, apa sih dab artinya? ciptaan situ sendiri atau apaan? maklum, ijk kan suku terasing hihihi... tahu mbah surip aja pas baru dia meninggal dunia.

    BalasHapus
  9. hehehe...ane yakin kalo mas tri beneran gak bakal ngomong gitu :D


    dab!
    itu kayak kita nyebut "bro!" untuk pria..dan, "bra" untuk wanita..

    *kabooorr...

    BalasHapus
  10. silahkan kabur... kan kalo nyantet kaga pake nguber2 hihihi...

    BalasHapus
  11. nice artikel..
    tapi kalo untuk YMKI, ga pake test ride bukannya malah jadi jelek kesan dari penonton? karena udah ada vega zr yang terbukti kalah dari vega r maupun jupi z lama, dan jupi z baru mesinnya (setau orang awam) sama dengan vega zr..


    sedikit info: dab artinya mas, tulisannya dalam aksara Jawa dibolak-balik. kaya dagadu=matamu.. begitu...

    BalasHapus
  12. Kalo buat orang-orang "sesat" dan kritis, ya..kelihatan kalo ga ada test ride itu ada yang kurang..
    kalo emang motor mo dibikin lebih irit, tapi risikonya jadi lebih lemot, ya silahkan dijelaskan..kenapa langkah ini diambil, kenapa langkah itu diambil, kan semua produk itu harus punya target, siapa calon konsumennya nanti...
    wah kalo soal bandingin2 motor bebek Yamaha, saya ga ngerti Bro.. bisa jadi sih..tapi yang paling enak ya naikin aja ke atas dynojet dan kondisinya harus sama2 fit, oli sama, bensin sama, tekanan udara sama, jokinya itu2 juga.. ribet sih, tapi valid!
    thx soal dab..wah pikiran bikinannya lekdjie hihihi....ni baru nih kayanya ya..apa ijk yang baru ngeh?????

    BalasHapus
  13. this is your second best article...
    yang nomer satunya yang tentang langkah2 marketing motor (yang ada pura2 bocornya itu lho)

    tapi ini subyektif menurut saya lho..hehe...

    BalasHapus
  14. thx Bro... wah susah nih seleranya berat hahaha..kayanya kalo ada lagi bakal jadi yang ketiga, keempat kelima dstnya haha...maklum, otaknya disini butek lagi hihihi

    BalasHapus