Senin, 24 Agustus 2009

Ninja RR: Arti Sebuah Niat

Di bulan Ramadhan, ada kegiatan yang paling dinanti-nanti oleh umat Muslim, apalagi kalau bukan yang namanya buka puasa. Di sini, acara buka bersama diorganisir oleh kita-kita sendiri. Jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar belasan orang, atau kurang. Kebanyakan dari kami adalah mahasiswa muslim yang kebetulan sedang kuliah di Jena. Yang menarik bukan hanya kebersamaannya, tetapi juga ada kesempatan mengenal makanan-makanan dari belahan dunia lain yang maknyuzzzzzz... dan tentunya sedikit-sedikit ikutan belajar cara membuatnya (siapa tahu nanti ijk mudik tidak dapat kerjaan, ya jualan nasi bakul arab/usbek/india/afghanistan keliling-keliling lah.. yang penting kan halal, daripada ijk naik bis terus mengaku baru keluar dari penjara dan tidak punya kerjaan, ayah entah dimana, ibu juga entah dimana, tinggal di kampung rambutan rt blabla.. rw blabla.., kebanjiran pula... dan daripada melakukan yang tidak-tidak...).
Alhamdulillah makanan-makanan ini membuat saya serasa di rumah, dan Alhamdulillah kalau waktunya berbuka ya berbuka, makanan itu sudah tersedia. Jangan sampai kita lupa tujuan utama puasa yang mengingatkan kita kalau ada saudara-saudara kita yang menjelang buka pun tidak bisa langsung buka karena kurangnya rezeki. Ayo yang punya klub-klub motor, tidak perlu tunggu hingga menjelang akhir Ramadhan nanti, sesegera mungkin berbakti sosial dengan memberi makan orang yang berbuka puasa. Pahala mereka juga buat orang yang memberi makan lho.. tidak pakai didiskon sepeserpun pahala itu!
Kalau merasa repot mengorganisir klub juga bisa sendiri toh... Kalau masih merasa repot menyediakan makanan bisa ditingkatkan sedekahnya toh... Sekarang pertanyaannya, kalau bersedekah itu sebaiknya dilihat orang atau tidak sih? Bukankah baik misalnya jika klub motor kita terlihat melakukan acara buka bersama dengan anak yatim misalnya. Kan dengan demikian bisa memberi contoh ke klub lain supaya mengikuti kegiatan positif itu...
Nah disini harus berhati-hati Bro... Jadi ibadah atau tidaknya tergantung niat kita. Kalau niatnya memang ingin memberi teladan, ya mudah-mudahan baik dan diterima amalnya. Namun, kalau kita jujur, kadang puji-pujian itu bisa mengotori niat kita dikemudian hari kan..... Jangan sampai sedekahan berikutnya lebih berlandaskan kepada keinginan untuk eksis di masyarakat. Kalau kuatir akan muncul pikiran riya, sebaiknya ya dilakukan dengan diam-diam saja, tidak perlu bawa-bawa atribut lah.. bukannya kita sering dongkol sendiri kalau melihat partai-partai rajin berbagi hanya di saat-saat menjelang pemilu??
Di ibadah lainnya pun kita harus bisa menjaga ketulusan niat kita, misalkan baca Quran. Membaca Quran seharusnya dengan suara yang sebaik-baiknya dan bisa terdengar jelas. Namun, kalau sampai ragu akan timbul niatan untuk pamer, maka sebaiknya bacalah dengan suara yang kecil. Hmmm... tidak mudah memang menjaga niat tetap lurus, trek di dunia ini memang begitu licin........


Foto: HP-Klassikku

4 komentar:

  1. wow ternyata bisa jadi orang bener juga tho, tak kirain bakal jadi orang sesat selamanya. he..he...
    nice artikel bro. salut deh!

    BalasHapus
  2. intinya tetap introspeksi deh Bro... bahaja kalaoe selaloe ngerasa bener, ntar berhenti mentjari djalan jang benar...

    BalasHapus
  3. Yang susah menjaga niat bro. Gw kadang liat, bro2 suatu klub motor melakukan suatu aksi sosial sambil berkonvoi, tp kok agak gimanaa gitu.
    Bahkan yg menurut gw agak ekstrim, konvoi dgn memakai atribut agama, ingin menghadiri suatu acara, konvoinya ugal2an, arogan, gak pake helm, ada yg bertiga, lampu merah diterabas. Bingung gw, niatnya kan mau melakukan suatu yg baik ya, tp kok gitu ya?
    Please deh...
    *bingung mode : on

    BalasHapus
  4. @ jombloati: ya begitulah Bro..
    Mo ta angkat jadi Ninja RR minggu depan, tema yang sangat menarik dan "ngena bgt" di kehidupan sekarang.

    BalasHapus