Sabtu, 31 Oktober 2009

Marketing Sotoy: Target Ekonomis atau Psikografis?



Dalam ilmu marketing (di Jerman sini lo..tau deh di tempat lain hihi...), dikenal ada dua tujuan atau target marketing: ekonomis atau psikografis. Target ekonomis disebut juga target yang sifatnya quantitatif karena memang bisa dihitung dan sifatnya konkret, misalnya: menaikkan omset, memperbesar keuntungan, memperbesar daerah pemasaran dan sebagainya. Nah, target ekonomis ini gampangnya ya: bisa diukur dengan duit duit dan duit! Perusahaan itu ada karena ingin mengumpulkan duit kan... Jadi, semua perusahaan ya pasti punya target ekonomis. Misalkan, sebuah perusahaan motor punya tujuan ekonomis: menaikkan jumlah penjualan motor X, atau contoh lainnya: perusahaan itu ingin memperbesar keuntungannya yang diperoleh dari penjualan motor Z. Nah, kalau target marketingnya ini tercapai, ya artinya target ekonomisnya terpenuhi.

Nah target psikogafis itu apa? Target psikografis itu disebut juga target nonekonomis/target preekonomis/target qualitatif. Target psikografis itu sifatnya tidak riil layaknya target ekonomis. Target psikografis itu adalah target yang berkenaan dengan keadaan mental si konsumen atau calon konsumen, gampangnya: apa sih yang ada di benak konsumen, atau dirasakan konsumen ketika mendengar nama sebuah perusahaan. Artinya: image konsumen terhadap sebuah perusahaan dan produknya. Pentingkah target psikografis ini untuk dipenuhi? Penting! Dari namanya saja target preekonomis, artinya, target ini harus dipenuhi terlebih dahulu untuk mencapai target ekonomis, sebab target psikografis ini adalah prasyarat terpenuhinya target ekonomis..ngerti ora Bro??????

Nih biar jelas:
Misalkan Yamaha ingin memperbesar penjualan jatah motor sportnya (motor balap) di dunia. Nah itu namanya tujuan ekonomis. Nah, supaya konsumen bisa tergaet hatinya untuk membeli motor balap Yamaha, ya harus ada wujud konkret dan keuntungan yang bisa ditawarkan motor-motor balap Yamaha dibandingkan kompetitornya. Jadi, diproduksilah motor-motor balap yang punya potensi jadi motor juara dan punya spek lebih baik daripada kompetitornya. Dengan langkah ini, semestinya sih penjualannya akan meningkat. Namun, apakah cukup dengan produk terbaik di kelasnya? Tidak..

Nah, disinilah peranan promosi dan usaha politik komunikasi lainnya diperlukan! Disini muncullah target psikografis sebagai prasyarat target ekonomis: Konsumen harus diyakinkan, motor balap Yamaha adalah motor juara! Caranya ya dengan sekuat tenaga menjuarai kompetisi-kometisi balap dunia, mulai dari MotoGP. WSBK, WSS dan balap-balap moge lainnya di berbagai tingkat nasional. Untuk mencapai target psikografis ini, Yamaha tentunya harus keluar biaya extra besar. Di MotoGP tahu kan mereka berani bayar siapa-siapa saja... di WSBK pun dulu pernah saya tuliskan, hanya Yamaha yang berani bayar Ben Spies! Nah setelah target-target ini tercapai, artinya target psikografis Yamaha sudah tercapai, tinggal langkah selanjutnya bagaimana... Memang Yamaha jadi babak belur karena berusaha merajai dunia balap motor dalam satu periode dan dalam waktu singkat, tetapi ingat: target psikografisnya tercapai. Sekarang, bagaimana langkah selanjutnya untuk memenuhi target ekonomis mereka..... Masih sanggup memasuki fase selanjutnya untuk memetik hasil pencapaian target psikografis dan menuju kesuksesan, atau keburu kehabisan nafas karena memforsir di tahap-tahap awal marathon?????????


Sumber:Prof. Ingo Bieberstein
Diceritakan Kembali oleh: Prof. Dr. Arie Slight, MBA. SE. (sarjana edan)

6 komentar:

  1. Wah,ga ngerti dab!

    Kira2 setelah meraih treble,penjualan yamaha mlejit nggak prop??
    Jangan bilang time will tell laaagh lho..

    BalasHapus
  2. masalahnya, justeru Yamaha merugi di taun ini...di taun kejayaan Yamaha di ajang motorsports..
    tapi (mungkin) efek dari kejayaan Yamaha baru akan terasa tahun depan.. :D

    ya time will tell laaahhh.. :P

    BalasHapus
  3. bangun optimis
    go...go...go
    Yamaha

    BalasHapus
  4. @lekdjie: ga papa ga ngerti..ijk baca bukunya, sebulan baru ngerti wakaka....
    penjualan melejit apa ga, ya tergantung strategi lanjutannya gimana.. disini Yamaha jualan masih kalah sama Suzuki, padahal R1 juga juara Superbike IDM. BErhubung jaman lagi susah, pepatah menang balapan hari minggu, jualan hari senen ga berlaku lagi.. Schau mal laaaaaghh... (bahasa jermannya liat aja nanti hahah..)

    @nunoe: yup, itu kan bukan efek instan.. butuh waktu.. btw, sebenernya kan mereka ga bangkrut, kalo bangkrut arzinya tutup kan??
    kalo ane liatnya, mereka kebanyakan pengeluaran untul memperbaiki image, ya untuk meraih target preekonomis itu.
    ibaratnya, kalo situ beli motor cash, tapi total pengeluaran setahun lebih banyak income, apa bisa dibilang bangkrut??? mungkin sekarang ga enak, tapi arahnya dah bener..tinggal gimana, bisa ga ngambil step kedepannya. istilahnya kalo manjat pohon kelapa n kelapanya dah dipetik, bisa ga turun dengan selamat n ngambil hasilnya??? gitu kali ye...
    tapi ya, banyak faktor lainnya yang nentuin sih..

    @anonim
    emang harus optimis..cuma kedepannya jangan terlalu napsu juga kali ya...yang paling penting kan eksistensi dan keselamatan perusahaan harus terjamin dulu.

    BalasHapus
  5. wah....
    bisa belajar ama dr. hannibal lecter donk...
    dia kan psikopat.. :D

    BalasHapus
  6. lah, jauh-jauh amat... sini belajar sama ijk kalo mo jadi psikopat wakakaka (ngakak: psikopat mode)

    BalasHapus