Kamis, 16 Oktober 2008

Triton, Kolaborasi Sempurna



Satu lagi motor klassik impian buat bro yang doyan motor balap klassik. Sekilas motor ini mirip dengan Norton Manx. Kenapa? Why? Warum? Perche? Pourquoi? Karena memang rangka yang digunakan Triton adalah rangka legendaris Manx. Kalau body bisa bermacam-macam, kebetulan yang di foto ini tanki dan buntutnya mengadopsi bentuk Manx.
Triton adalah kolaborasi motor terbaik tahun 60-an, yakni mesin Triumph dan rangka Norton. Kolaborasi ini sangat sukses sehingga melahirkan sebutan sendiri untuk motor hasil kerajinan tangan, banting otak dan peras tulang ini: Triton (Triumph+Norton).
Asal mula lahirnya Triton tidak jelas, karena pada tahun 50-an banyak orang yang bereksperimen merakit motor dengan kombinasi onderdil dari berbagai pabrikan. Jelasnya pada tahun 1954, ketika pembalap asal London, Doug Clark, memenangkan balapan di jalanan maupun sirkuit dengan mesin 650cc Triumph yang dikawinkan dengan rangka Manx. Setelah seorang karyawan Triumph melihat kemenangan motor ini di sirkuit Silverstone, Clark mendapat peringatan sangsi secara hukum dari Triumph kalau dia melanjutkan proyek kawin silang ini. Konon Triumph melarang pedagang menjual part Triumph kepada Clark.
Di awal tahun 1960 pesona Triton semakin tidak terbendung. Pada tahun 1959, mesin Triumph Tiger 110 berkapasitas 650cc masih lebih cepat 16 Km/jam dibandingkan mesin Norton Dominator 99 yang memang berkapasitas lebih kecil, yakni 600cc. Pada tahun 1962 Norton meluncurkan 650SS yang lebih cepat daripada Triumph, tetapi usaha ini terlambat. Anggapan mesin Triumph lebih kencang dibandingkan Norton sudah terpatri di masyarakat dan sulit dilengserkan. Namun, di segi handling, rangka dan garpu depan Norton tetap berkuasa di hati bikers Inggris.
Karena dirakit berbagai orang, Triton berbeda-beda jika diperhatikan secara detail: tanki, instrumen, jok, suspensi belakang dan knalpot berbeda satu sama lain. Karburator yang saat itu digemari untuk merakit Triton adalah karburatar dobel dari Triumph Bonneville. Kebebasan dalam merakit Triton membuat tidak ada sepasang Triton pun yang identis.
Pada tahun 1965, bermunculan berbagai firma yang merakit Triton. Mereka juga menawarkan Onderdil untuk Triton dan membuat replika rangka Manx. Salah satu perusahaan yang terdepan dibidang ini adalah Dresda Autos. Pada tahun yang sama, Triton melejit popularitasnya, ketika bos Dresda yang juga turun sebagai pembalap, Dave Degens, memenangkan balapan 24 jam di Barcelona bersama rekannya Rex Butcher. Tidak sampai disitu saja, Degens juga berhasil memenangkan balapan-balapan GP di sirkuit negara yang sampai sekarang masih memakai Poundsterling ini. Hal ini menimbulkan protes dari pembalap lainnya (sirik nih ye...). Namun, kontroversi ini semakin mencuatkan popularitas Triton (persis seperti kasus2 pedangdut kita yang goyangannya sanggup menembus 16000rpm). Firma-firma perakit Triton semakin giat berproduksi. Degens sendiri memperkirakan, bahwa perusahaannya memproduksi lebih dari 500 Triton bersama rangka-rangka replika Manx di tahun-tahun selanjutnya.
Triton memang memiliki performa dahsyat layaknya Ronaldo di Piala Dunia 1998 dan 2002, kencang, lincah dan stabil, tetapi klo mas bro sial, bisa juga dapat Triton yang dirakit dengan komponen kelas 2. Tentu saja Performanya seperti Ronaldo saat ini yang hobinya pesta, ngerokok dan tambah gembul karena keenakan hidup di Mallorca.
Sumber:
-Roland Brown: Motorräder, Faszination und Abendteuer

1 komentar: