Senin, 23 Februari 2009

Basi, Tapi Tetep ENYAAAKKKKK...ENYAK..ENYAAAKK..


Ini dia yang namanya basi tapi tetep enak... Seperti biasa, di awal tahun pedagang kedatangan moge-moge edisi terbaru. Berhubung keterbatasan tempat, maka banyak moge-moge tahun sebelumnya yang harus dilepas ke pasaran. Tentunya tidak mungkin menunggu moge-moge ini laku begitu saja, pabrikan dan dealer harus mengambil langkah untuk menggoda calon konsumen. Langkah paling mudah ya dengan menurunkan harga secara lumayan drastis! Kebetulan saya hanya menemukan 2 iklan dari 2 pabrikan berbeda: Suzuki dan Kawasaki. Entah dengan pabrikan lainnya, mungkin stock barang mereka ludes, atau tidak pasang iklan di majalah karena takut merusak image???

Kita mulai dari Suzuki. Buat bikers yang bersabar setahun dua tahun, ada ganjarannya. Mereka bisa memperoleh moge idamannya dengan harga jauh lebih murah. Pabrikan yang penjualannya di Jerman kedua terbesar dibelakang BMW ini menawarkan moge-moge yang secara kualitas bisa dibilang top. Prestasi Suzuki di ajang WSBK tahun lalu tidak bisa dipandang sebelah mata. Walaupun Max Neukirchner baru menjuarai ajang ini sebanyak 2 kali dengan GSX-R 1000, doi sudah menjadi pembalap Superbike Jerman terbaik yang pernah ada! Aneh ya... Ya, Jerman memang bukan gudangnya biker, tapi gudangnya pembalap mobil! Suzuki GSX-R 1000 yang 2 tahun lalu mendapat predikat moge terbaik dari media-media Jerman terbukti kesaktiannya di WSBK, bahkan kalau diukur berdasarkan top speed, Gixxerlah rajanya. Di Eropa, Gixxer memang memiliki banyak penggemar. Salah satu tandanya, jumlah Gixxer sangat mendominasi balap ketahanan motor 24 jam di Le Mans, Prancis, dan tentu saja Gixxer menjuarai ajang ini. Kalau kita mengingat prestasinya, agak lucu juga ya kalau Gixxer sampai ikut diobral.. Sepertinya sih ini kesalahan manajemen Suzuki membaca pasar.

Kalau Bro perhatikan, apa keunggulan Suzuki sebenarnya yang dari tahun-ketahun tetap konsisten mereka raih? Harga Bro... Dari dulu, moge-moge Suzuki menawarkan harga yang paling ekonomis! Mungkin ini juga ya kunci kesuksesan mereka di Jerman.. Buat orang Jerman, naik moge itu bukan buat gengsi-gengsian, tetapi memang hobi. Kalau di Indonesia bagaimana ya? Sepertinya kalau Suzuki mengedepankan keunggulan mereka di soal harga yang paling ekonomis, penjualannya malah bisa turun lho. Menurut pengamatan saya, pasar Indonesia menuntut performa yang top dan desain yang futuristis plus harga murah. Nah dalam iklan, yang dikedepankan ya performa dan desainnya. Tidak ada itu dibilang: harga paling murah atau paling ekonomis. Calon pembeli tahu sendirilah nantinya, kalau motor itu paling murah. Kenapa tidak diiklankan, kalau harga sebuah motor paling murah? Satu jawaban: Orang Indonesia gengsinya gede!!!

Kembali ke Suzuki Jerman... Cuci gudang semacam ini banyak dinantikan lho. Wajar, potongan harganya menggiurkan, inilah yang saya suka dari Jerman, kalau sudah diskon ya benar-benar diskon! Mereka-mereka yang ingin merasakan sensasi menggeber Hayabusa sudah bisa menyalurkan hasratnya dengan 9990 Euro saja. Dengan uang sejumlah itu, Hayabusa terbitan 2007 sudah berpindah tangan. Dengan 12490 Euro, bikers sudah bisa memiliki GSX-R 1000 tahun 2008, padahal tahun lalu harganya masih 13490 Euro! Kalau bikers mau lebih yahud, Suzuki juga masih menyimpan Gixxer 1000 Yoshimura edition, tentunya lebih mahal, yakni 13290 Euro. Bagaimana buat penggemar Gixxer yang duitnya hanya 12000 Euro? Masih bisa lah, kan masih ada Gixxer 1000 edisi 2007.. Setahu saya, versi 2007 yang berhasil menggaet best superbike di Jerman 2 tahun lalu tidak ada bedanya dengan versi 2008! Masih kemahalan??? Buat yang duitnya ngepas, tetapi ingin menggeber moge Suzuki, ada SV650S tahun 2006 yang dilego ga pake nego, cuma 4990 Euro! Kapan di Indonesia ada obralan moge kaya gini ya.....

Bagaimana dengan Kawasaki? Hmm.. Tidak jauh berbeda dengan nasib Suzuki, bahkan mungkin lebih parah, mereka ikutan cuci gudang. Yang jadi andalannya adalah ZX-10R yang didiskon hingga 19%! Duit sebesar 10990 Euro buat orang Jerman mah gampang Bro... Pekerja pabrik tanpa keahlian khusus lumrah lho gajinya berkisar hingga 2000 Euro per bulan. Biaya hidup juga tidak terlalu tinggi. Kalau masih belum punya tanggungan, dengan 600 Euro perbulan, sudah bisa hidup lumayan lah... Tentunya harus menabung juga lah sedikit, sebab Kawasaki menuntut uang muka sebesar 20 %. Kawasaki juga menawarkan kemudahan lho, semua motor yang mereka tawarkan bisa dicicil hingga 48 bulan! Meskipun motor-motor ini sudah agak kadaluarsa, masih dapat jaminan kok selama 2 tahun...wah enaknya.....

Mengapa ZX-10R yang baru tahun lalu di up grade kini diobral??? Namanya juga tidak laris manis.... Kekalahan Kawasaki di ajang Motogp dan babakbelurnya ZX-10R di ajang WSBK menjadikan moge yang satu ini susah laku! Belum lagi hasil test komparasi berbagai media yang memaparkan performa si Ninja dibanding jagoan-jagoan Jepang lainnya. Ninja ZX-10R memang sangar dan berperforma tinggi, tetapi kalau ada pembandingnya, ya ketahuan deh kelemahannya. Rehab yang dilakukan Kawasaki belum cukup untuk mengantarkan si Ninja ke level yang setara dengan superbike Jepang lainnya. Akibatnya, saat dikomparasi, si Ninja pasang jurus langkah seribu karena malu.

Media memang kejam! Bukan motor saja yang tidak senang dibanding-bandingkan, manusia juga, betul toh Bro? Coba kalau pacar Bro bilang: Say... kamu kok blablablabla sih??!!!! Pacarku dulu blablablabla.... Gak kaya kamu gini! Kalo sudah sampai begitu kejadiannya Bro, Ki Gede Anue menyarankan: TALAQ 3!!!


Foto: Repro dari majalah Motorrad 5/2009 by HP-Klassikku

Pemula Tidak Boleh Lemah: BMW S 1000 RR






Senang sekali rasanya kemarin melihat balap WSBK dari Australia. Di depan kamar sayapun mulai banyak motor superbike lalu-lalang, ya namanya juga cuacanya mulai memungkinkan. Memang di tanggalan belum masuk musim semi, tetapi kalau cuacanya sudah seperti musim semi, tunggu apa lagi untuk bisa menggeber moge kesayangan??

Kita kembali ke WSBK... Momen yang paling seru dari balap kelas superbike adalah duel Haga VS. Neukirchner! Tampaknya WSBK tahun ini tetap seru walaupun tanpa keikutsertaan Bayliss. Ducati pun ternyata tidak sedominan yang diperkirakan sebelumnya. Tampak betapa Yamaha dan Suzuki mampu mengimbangi Ducati, ini artinya langkah kedua pabrikan dalam pengembangan motor mereka sudah tepat. Salah satu langkah yang diambil kedua pabrikan ini adalah memperpendek langkah mesin, artinya mereka berniat menaikkan rpm dan tenaga puncak mesin. Singkat kata: mengejar top speed! Tahun lalu, motor Jepang keteteran dalam soal top speed, padahal inilah yang seharusnya menjadi kekuatan motor 4 silinder! Melihat Ducati yang secara top speed semakin susah dikejar, Yamaha dan Suzukipun memperpendek langkah mesinnya. Top speed kedua motor inipun lebih mudah ditingkatkan. Lihat saja statistiknya di website WSBK! GSX-R 1000 menjadi motor dengan kecepatan puncak paling tinggi! Bisa kita lihat sendiri, bagaimana Suzuki mengejar Ducati di straight.. Tidak hanya Suzuki, top speed R1 pun sanggup memupuskan ambisi Nitro Nori untuk menjuarai 2 race sekaligus. Ben Spies yang memang tergolong pembalap sangat berbakat berhasil menunjukkan potensi R1 --yang pengapian dan urutan langkah mesinnya mengkloneng M1-- plus tentunya bakat dan skill yang dia miliki. Bahkan sudah santer rumor, Spies akan menggantikan rekan senegaranya di MotoGP, yup, doi diproyeksikan menggantikan Edwards menggeber Yamaha M1.

Bagaimana dengan Honda? Kalau aspek harga tidak diperhatikan (Ducati mahal Bro), dalam komparasi secara keseluruhan, CBR 1000 RR adalah yang terbaik! Kenyataannya kemarin di track..memble! Honda tampaknya butuh pembalap top untuk bisa merebut gelar juara dunia WSBK! Di segi mesin, CBR 1000 RR tidak jauh beda nasibnya dengan RC212V, memble juga! Motor-motor Honda di WSBK memiliki top speed paling rendah, kalah dari para pendatang baru, Aprilia dan BMW. Bagaimana dengan Kawasaki? Tampak jelas kalau ZX-10R harus banyak direvisi sana-sini, catatan waktunya tidak lebih baik dari motor-motor terbaik WSS. Apa akibatnya bagi Kawasaki? Tentu saja, stock ZX-10R numpuk, jadi diobral deh tuh..ayo beli.........(ga percaya kalo ZX-10R diobral?? tunggu saja nanti Bro...)
Kita beralih ke pendatang baru, tepatnya ke S 1000 RR. Memang penampilannya tidak menghebohkan seperti saat Aprilia RSV4 Biaggi bertarung untuk merebut podium di race 2, tetapi secara keseluruhan, BMW masih mengumpulkan nilai lebih banyak daripada Aprilia, dan tentunya Kawasaki yang prestasinya memprihatinkan. Menurut saya, menurut saya lho... BMW lebih sukses dibandingkan Aprilia. Kenapa? Bukan hanya klasemen saat ini yang jadi patokannya, tetapi baru kali ini BMW membuat motor Superbike 4 silinder yang tenaganya sekitar 190 PS dengan bobot full tank dibawah 204 Kg! Mereka selama ini terlalu senang memproduksi motor touring. Kalaupun ikut event balap, itu pun one make race. Baru akhir-akhir ini mereka kembali melirik dunia balap motor roda dua yang sudah berpuluh-puluh tahun ditinggalkan. Ada faktor lainnya yang bisa membenarkan, bahwa BMW lebih sukses dibandingkan Aprilia. Aprilia seharusnya bisa lebih baik dibandingkan BMW, kan mereka aktiv di dunia balap. Belum lagi pengalaman mereka di dunia Superbike dan di Motogp dengan RS3nya.
Bagaimana balap dalam segi penjualan? Menurut Ki Gede Anue, BMW bakal lebih sukses daripada Aprilia. Setelah saya tanyakan lebih lanjut, doi membeberkan beberapa faktor: Aprilia RSV4 terlalu canggih, otomatis juga mahal dan tidak untuk boncengan (ini mah analisa Ki, bukannya terawang gaib!!).
Keunggulan S 1000 RR pernah kita bahas sebelumnya, salah satunya lengan ayunnya yang panjang. Lengan ayun panjang ini dimungkinkan dengan konstruksi mesin yang kompak dan kecil, jadi lengan ayunnya panjang bukan karena lengan ayun S 1000 RR pernah dibawa ke Pelabuhan Ratu ke tempatnya Ma' E################## (jumlah tanda # dikacaukan untuk menyembunyikan jati diri sebenarnya-red).
Oke, lengan ayun panjang itu menawarkan kemudahan, antara lain meminimalisir efek hentakkan gir dengan rantai saat mesin berakselerasi. Artinya, motor jadi tidak terlalu bergetar saat berakselerasi, kan jarak dari gir belakang ke mesin lebih jauh. Keuntungan lainnya ya dalam soal setting jarak sumbu roda. Kalau kita menyetel rantai, kan jarak sumbu roda berubah juga tuh Bro... Nah di BMW, coakan untuk menyetel rantainya ini panjang, jadi sebenarnya doi beralih fungsi, bukan untuk menyetel kerenggangan rantai saja, tetapi juga jarak sumbu roda.
Di segi mesin, BMW tampaknya banyak memperoleh ilmu dari mesin F1 mereka. Versi standardnya tembus 14500 rpm! Bandingkan dengan CBR 1000 RR tahun lalu yang mentok di 13400 rpm, ataupun R1 tahun lalu yang direvisi jadi 4 klep per silinder setelah sebelumnya menganut 5 klep per silinder minta ampun di 13200 rpm (turun dari 13700 rpm dibandingkan versi sebelumnya). Entah deh soal tinggi-tinggian putaran mesin tahun ini, kan Yamaha dan Suzuki memoles ulang mesinnya..
Piston S 1000 RR datang dari produsen berbeda, maksudnya beda dengan produsen yang memasok piston untuk seri K 1300. Supaya bisa bersaing di kelas superbike, pistonnya 35 gram lebih ringan, yakni 289 gram per buah, termasuk pen dan ring pistonnya. Di segi rem, tidak perlu ragu, sudah ada Brembo di sana, ya memenuhi standard motor-motor superbike lah. Di sisi suspensi, BMW mempercayakan firma Sachs, tentunya suspensi depan belakang masih bisa disetting sesuai kehendak pengguna.
S 1000 RR standard sudah bisa digebet dengan 15150 Euro, ya cuma lebih mahal dikitlah daripada R1 yang tahun ini tambah mahal aja. BMW masih menawarkan peranti tambahan, seperti gear shift assistant dan ABS yang bisa disetel dalam 4 mode plus traction control, tentunya nambah dong harganya....
Dalam wawancara dengan Hendrik von Kuenheim, bosnya BMW bagian sepeda motor, terungkap, bahwa superbike BMW yang masih bayi ini memang tidak dirancang setengah-setengah. Doi menambahkan, buat apa produksi motor superbike yang tenaganya 10 PS lebih lemah dan 10 Kg lebih berat?!!! Itu semua tidak akan membawa kesuksesan! Pemula itu justru tidak boleh lemah! Doi juga menerangkan, putaran mesin BMW S 1000 RR yang sudah superiorpun masih bisa ditambahkan. Hendrik juga membocorkan, bahwa kini BMW sedang mengembangkan mesin baru yang sanggup berputar lebih tinggi lagi!!! (Waduh..... Tiger Hitam saya muter 12000 rpm lebih dikit aja rasanya dah mau modiaarrr...maklum, cuma 1 silinder, dah gitu teknologi tahun 70an) Namun, memang begitulah karakter mesin 4 silinder, kalau tidak main rpm atas tidak ada tenaganya.
Si Bos menjelaskan, BMW ingin ambil bagian dari jatah penjualan motorsport dunia yang terus meningkat. Data tahun-tahun sebelumnya menunjukkan, di seluruh dunia, para produsen menjual hingga 220.000 motor berkapasitas 500 cc keatas. Kira-kira ada sekitar 100.000 motor kelas 1000 cc yang diserap pasar, nah bagian inilah yang diincar BMW.
Saat ditanyakan, apakah BMW akan menempuh langkah seperti Yamaha yang laris manis menjual YZF-R125, sang Bos BMW menyatakan ketidaktertarikan BMW terjun di kelas ini, meskipun mereka telah bekerjasama dengan produsen motor Cina, Loncin, dan sangat memungkinkan BMW mengikuti jejak Yamaha (pantesan Loncin pede ikut GP 125, partnernya kelas kakap toh). So, S 1000 RR tidak akan hadir dalam versi mini.....
BTW, S 1000 RR sudah hadir dalam 3 pilihan warna, abu-abu metalik, hijau metalik, dan kombinasi merah-putih-biru khas BMW. Ayo, siapakah pemilik S 1000 RR pertama di Indonesia???????? Dalam terawang gaibnya, Ki Gede Anue menjamin 100%: bukan Arie Slight hikshikshiks.......


Sumber:
Motorrad 05/2009
Terawang Gaib by: Ki Gede Anue

Excelsior Manxman: Motor Cap Kaki Tiga




Bukan balsem aja yang cap kaki tiga (Ketahuan deh bawa balsem ke Jerman hehe.... Nyantai Bro, ga dipake ke kampus lah, bisa rusak pasaran..), silakan dilihat sendiri: Excelsior Manxman!!

Excelsior dikenal sebagai produsen motor Inggris pertama. Firma ini dikenal sebagai produsen motor 2 tak murah, tetapi di tahun 1930an berhasil mencetak produk motor sport yang legendaris di kalangan penggemar motor klassik. Model Excelsior yang paling nyeleb adalah Manxman, ya si motor cap kaki tiga ini. Hanya di Manxman lah cap kaki tiga bisa dijumpai.

Nama Manxman dan logo kaki tiga itu sebenarnya lambang Isle of Man, lambang digunakan Manxman untuk menunjukkan kesuksesan motor ini di ajang Tourist Trophy. Memang doi tidak berhasil menjuarai ajang ini, tetapi di tahun 1938, doi berhasil menyapu bersih podium ke-2 hingga posisi ke-7!

Dari awalnya Excelsior (awalnya belum bernama Excelsior) senang memproduksi motor-motor cepat. Tahun 1874, firma ini memulai kariernya dengan memproduksi sepeda jadul, bahasa Jermannya Hochrad (Itu lho, sepeda yang diameter roda depannya besar sekali, tetapi roda belakangnya kecil. Saat menaiki sepeda ini, karena posisi duduknya yang tinggi, kaki pengendara tidak bisa menjejak ke tanah). Baru di tahun 1896 mereka mulai memproduksi sepeda motor dengan merk Bayliss, Thomas & Co. Tidak lama, diproduksilah motor balap dengan menggunakan mesin dari MMC. Pembalap mereka, Sam Wright, menjadi pembalap motor pertama yang beken di Inggris! Pembalap mereka lainnya, Harry Martin, memecahkan beberapa rekord di arena balap Canning Town di London.

Firma ini sempat vakum juga lho. Baru di tahun 1910, firma ini kembali berproduksi lagi. Kali ini, mereka menyebut perusahaannya dengan nama Excelsior, nama yang tadinya digunakan sebuah perusahaan Jerman. Saat itu, Excelsior memproduksi motor bersilinder tunggal dengan kapasitas 850cc. Memasuki tahun 1920an, Excelsior di bawah pimpinan Eric Walker membangun motor sport dengan mengandalkan mesin produk JAP (Pastinya bukan singkatan judul lagu Sheila on Senewen itu Bro: Jangan Ambil Pacarku).

Produk motor yang membawa angin perubahan besar bagi Excelsior adalah Mechanical Marvel. Motor yang diproduksi tahun 1933 ini bermesin 1 silinder 250cc dan menggunakan klep radial. Mesin yang inovatif ini adalah hasil rancangan Ike Hatch dari Burrey and Blackburne yang bekerjasama dengan Eric Walker. Bedanya dengan mesin produksi Rudge yang memang mirip, mesin Marvel memiliki 2 saluran intake yang dipasok 2 karburator. Pada tahun yang sama saat Mechanical Marvel diluncurkan, motor ini langsung memecahkan rekord kecepatan rata-rata di ajang TT. Saat itu, Sid Gleave menggeber doi dengan kecepatan rata-rata 113 Km/jam!

Motor ini memang sukses, tetapi perawatan dan settingnya terlalu merepotkan. Eric Walker membutuhkan motor yang tidak hanya kencang di lintasan balap, tetapi juga harus bisa menjadi basis untuk produksi massal. Walker dan Hatch akhirnya mengembangkan si motor cap kaki tiga ini: Manxman! Manxman yang perkasa adalah sebuah kesuksesan besar bagi Excelsior. Memang doi tidak menjadi yang terbaik di ajang TT, tetapi ya seperti di awal sudah saya singgung, doi menyapu bersih posisi ke-2 hingga ke-7. Hanya sebuah motor 2 tak DKW lah yang sanggup merusak kesempurnaan prestasi Manxman.

Seberapa dahsyat sih motor klassik yang satu ini? Sebuah Manxman berkapasitas tepatnya 246cc edisi tahun 1936 sanggup menyemburkan tenaga 22 PS @ 6000 rpm! Lumayan banget kan...ingat, tahun berapa itu...... Motor satu silinder OHC berpendingin udara ini berbobot 136 Kg. Dengan 4 tingkat percepatannya, doi mau diajak ngacir hingga 129 Km/jam. Kalah tuh Honda Tiger standard! Bagaimana soal kenyamanan? Yaaaa, djaman doeloe, bisa naik motor juga dah paling ganteng sekecamatan Bro.... Motor yang mengandalkan pipa baja sebagai rangka ini hanya dibekali suspensi cangkang di depan. Sedangkan bagian belakangnya masih seperti rekan-rekannya di zaman itu, rigid! Apakah sudah menggunakan rem cakram? Tentu tidak...., depan belakang masih mengandalkan rem teromol, kayanya saat itu belum ada satupun motor, bahkan motor balap ataupun prototipe, yang menggunakan rem cakram. Kalau motor massal pertama yang menggunakan rem cakram ya si CB750, kan pernah dibahas... dan itupun di saat menjelang tahun 1970an!

Manxman sendiri diproduksi dalam 3 kapasitas mesin berbeda, yakni 250cc, 350cc dan yang paling bongsor 500cc. Excelsior tidak hanya memproduksi Manxman versi balap saja (seperti yang ada di foto), tetapi juga diterbitkan versi jalan umumnya, tentunya tetap berperforma superior.

Kalau kita lihat fotonya, Manxman versi balap ini memang benar-benar buat balap. Posisi setang yang rendah dan bebas dari lampu-lampu yang memang tidak diwajibkan di arena balap. Untuk versi jalanan yang sangat identik, Manxman dilengkapi dengan setang yang lebih tinggi hingga posisi pengendara menjadi lebih tegak. Selain itu, lampu-lampu komplet produksi Miller-Dynamag sudah dipasang ke bagian depan dan buritannya.

Excelsior menjanjikan pelanggannya: Manxman yang Anda beli adalah motor balap asli, bukan hanya replika! Di katalog iklannya dijelaskan, semua motor Manxman diselesaikan handmade dan di test oleh departemen balap dan test Excelsior...WOOOWW!! Tidak sampai disitu, bahkan bannya pun dipasang oleh mekanik balap Dunlop! Memang benar-benar motor balap......



Sumber:
Roland Brown: Motorräder, Faszination und Abenteuer.
Foto: Repro dari buku Roland Brown by HP-Klassikku

Supersport: The Duel Continuous



Lanjuuuuuuuuuttt Maaaangg...... (Sebelumnya maaf, bukannya saya mau bikin mata Bro semua rusak...maaf fotonya burem, maaf..adanya cuma HP.. Maaf..)



Kawasaki ZX-6R
Mengagumkan!! Itulah komentar yang dilontarkan tim Motorrad atas prestasi Kawasaki dalam memperbaiki performa si Ninja. ZX-6R dinilai memiliki kurva pengembangan tenaga yang paling yahud diantara motor-motor Jepang. Putaran bawah dan menengah sanggup bersaing dengan Suzuki dan Honda, sedangkan tenaga puncaknya hanya kalah tipis dari Yamaha.

Karakter motor saaat direm habis-habisanpun dianggap stabil. Inilah gunanya peranti selip kopling yang dicangkokkan Kawasaki di mesin Ninjanya. Garpu BPF pun sukses mencegah gejala moncong depan terlalu menukik saat pengereman. Selain itu, garpu baru ini memberikan feed back yang jauh lebih baik daripada garpu yang digunakan tahun lalu. Ujung-ujungnya, rider semakin pede membetot gas Ninja di tikungan.



Daytona 675
Perawakannya berbeda dengan ZX-6R, 675 lebih langsing! Terang saja, wong hanya 3 silinder. Posisi duduk 675 pun lebih sembalap, joknya terbilang cukup tinggi (dirancang buat bule sih...), tetapi setang diletakkan sangat rendah, alhasil joki harus membungkuk untuk mengendarai satu-satunya motor Eropa di ajang WSS ini. 675 dinilai memiliki stabilitas yang prima di tikungan, ini berkat rangkanya yang kaku. Suspensi pun dinilai sangat mumpuni dibandingkan R6 sekalipun, hasilnya feed back yang diberikan tergolong first class dan handling pun dianggap sangat presisi.

Bagaimana mesinnya? Justru ini yang paling dahsyat!! Memang tenaga puncaknya bukan yang paling tinggi, tetapi sejak putaran bawah hingga meraih tenaga puncaknya, tidak satupun kontestan lain memiliki tenaga lebih besar dari 675...Wow!! Dengan torsi yang paling besar dan tenaga puncak yang hanya bisa disaingi ZX-6R dan R6 (itupun baru diatas 13000 rpm!), tak heran kalau catatan waktu Triumph sangat fantastis. Satu-satunya yang meredam performa 675 adalah tidak adanya peranti selip kopling di motor ini, alhasil buritan goyang karawang saat melakukan engine break. Namun, tidak seliar CBR kok, goyang Karawang 675 masih terhitung sopan.


Yamaha YZF-R6
Doi ketar-ketir juga melihat performa 675! Settingan R6 yang paling siap turun ke sirkuit tetap bisa diandalkan. Tenaga puncak yang paling besar juga menjadi modal utamanya. Namun, untuk bisa mengasapi 675 dan ZX-6R, rider R6 harus bisa menjaga putaran mesin tetap tinggi, sebab baru diatas 13000 rpm R6 bisa lebih ngacir dibandingkan para pesaingnya (ya itu standard lho, nanti masih bisa diotak-atik lagi kan...). Gimana Don? Sanggup ga?? Sanggup lah.... Dijamin, di lintasan WSS, Doni Tatalah pembalap yang paling banyak mendapatkan doa penonton hehe... Ayo 240 juta penduduk Indonesia!!!!!!!

Performa dan stabilitas R6 di tikungan tidak perlu diragukan. Yang mengganjal performa R6 hanya suspensi belakangnya yang tidak lengkap setelannya dibandingkan Triumph. Akibatnya, saat berakselerasi keluar tikungan, ban belakang kurang kuat mencengkram aspal! Tentunya hilanglah sepersekian detik akibat kelemahan ini. Konsekuensinya, R6 harus rela kalah tipiiiiissss dari 675. Nah dari pemaparan saya, tau dong siapa juara tahun ini......



Hasil Dynojet
Tidak afdol rasanya kalau menilai tenaga motor hanya berdasarkan perasaan dan hanya mempercayai keterangan pabrikan. Mungkin keterangan pabrikan tidak salah, tetapi pengukuran yang dilakukan pabrikan kan diadakan dalam kondisi yang berbeda-beda! Begini hasil pengukuran diatas Dynojet (Dynojet 150, koreksi menurut standard 95/I/EG, penyimpangan maksimal sekitar 5%), diurut dari yang paling lemah tenaga puncaknya:

1. CBR 600 RR ABS: 118 PS @ 13900 rpm; 66 Nm @ 11100 rpm

2. GSX-R 600: 119 PS @ 13500 rpm; 68 Nm @ 11100 rpm

3. Daytona 675: 120 PS @ 12700 rpm; 70 Nm @ 10800 rpm

4. ZX-6R: 123 PS @ 14000 rpm; 65 Nm @ 11900 rpm

5. YZF-R6: 124 PS @ 14300 rpm; 65 Nm @ 10700 rpm

Dari grafik yang ditunjukkan Dynojet terlihat jelas, mengapa 675 begitu perkasa di lapangan. Sebaliknya, kelemahan Honda di sektor tenaga puncak pun mendapatkan bukti diatas kertas, CBR paling loyo! Bagaimana dengan R6? Juga terlihat jelas, kalau R6 mau didepan, harus main putaran atas terus. Sebab baru di atas 12000 rpm tenaganya lebih besar dari CBR. Untuk menyaingi Suzuki dan Triumph, R6 harus digeber hingga 13100 rpm. Dan terakhir kalau mau menundukkan Ninja, R6 harus digeber minimal 14000 rpm!! (Pertanda paling cepet turun mesin nih...)



Penilaian Berdasarkan Kriteria Kecocokan untuk Turun ke Sirkuit

CBR 600; ZX-6R; GSX-R 600; Daytona 675; YZF-R6

Karakter mesin (20) 14; 15; 14; 15; 14

Perpindahan gigi (10) 9; 10; 8; 6; 10

Stabilitas di tikungan (20) 15; 17; 15; 18; 17

Presisi handling (20) 17; 17; 17; 18; 17

Kelincahan (20) 17; 17; 17; 18; 18

Feed Back (20) 17; 15; 17; 18; 18

Sudut kemiringan (10) 7; 9; 9; 10; 9

Setelan suspensi (20) 15; 16; 15; 18; 17

Posisi rider (20) 16; 17; 15; 18; 17

Pengereman (20) 16; 18; 17; 17; 16

Lap time (20) 13; 16; 15; 18; 17

total (200) 156; 167; 159; 174; 170

Posisi Akhir 5. 3. 4. 1. 2.


Best Lap Time
1. Daytona 675: 1.34,38
2. R6: 1.34,54
3. ZX-6R: 1.34,78
4. GSX-R 600: 1.35,14
5. CBR 600 RR: 1.35,67

Pada akhirnya catatan waktu terbaiklah yang paling merepresentasikan kekuatan dan kelemahan motor-motor supersport ini di sirkuit. Dan memang penilaian yang dirasakan tim Motorrad sesuai dengan catatan waktu yang diperoleh. Memang sejak tahun 2002, di ajang WSS CBR yang terbaik. Apakah tahun ini Honda masih bisa mendominasi?

Jawab Ki Gede Anue: Masih Bangeeeeettttt..... Lelaki yang akrab dengan kalangan selebritis Tanah Kusir ini masih melihat besarnya peluang Honda di ajang WSS. Memang motor standardnya keok, tetapi itu kan motor standard. Di lapangan, motor-motor ini masih bisa disetting dan di tune up plus diganti peranti ini itunya. Dan semua itu sangat dikuasai Honda! Mereka memiliki tim terbaik di WSS. Begitupun dari segi pembalap, T.O.P!! Faktor pembalap sangat menentukan di kelas ini, mengingat motor yang digunakan tipis perbedaan performanya. Pembalap yang berpengalaman, konsisten dan beruntunglah yang di akhir musim akan menjadi juara dunia WSS.

So...kenapa CBR 600 RR standard yang paling lemah bisa juara? Bukankah kelemahannya di sektor tenaga dan tidak adanya peranti selip kopling?? Honda bisa saja memenuhi kedua hal ini. Namun, perlu diingat juga: HARGA! Itulah sebabnya Bro... Lagipula, soal mendongkrak performa mesin itu urusan paling gampang toh dibandingkan mengotak-atik suspensi dan titik berat motor?

Bagaimana dengan ZX-6R yang pada saat uji coba mencuat ke lapisan atas? Hmm...masih perlu pembuktian di race nanti...Mencari best lap time lebih mudah dibandingkan memenangkan lomba. Ingat, ada faktor lain yang menentukan: Stamina dan konsentrasi si pembalap serta daya tahan mesin dan ban motor.

Bagaimana Dengan Doni Tata? Ki Gede Anue berpesan pada Doni Tata: Biar bumi bergoncang, jadilah yang paling kencang!!!!!!!!



Sumber:
Motorrad 5/2009
Terawang Gaib by Ki Gede Anue
Foto: HP-Klassikku

Duel Supersport!!!!!!!




Dengan keikutsertaan Doni Tata di ajang WSS, tentunya buat kita kelas Supersport jadi memiliki daya tarik tersendiri. Berikut ini saya ingin berbagi cerita tentang test komparasi motor-motor yang berlaga di WSS. Test ini diselenggarakan oleh tim majalah Motorrad, majalah motor dengan omset terbesar di Eropa (itu katanya lho...).
Kita mulai dengan mengenal pesertanya:
1. Honda CBR 600 RR ABS: 120 PS @ 13500 rpm; 66 Nm @ 11250 rpm; bobot full tank 197 Kg (Bobot motor-motor ini diukur sendiri oleh tim majalah Motorrad); harga 11890 Euro.
2. Suzuki GSX-R 600: 125 PS @ 13.500 rpm; 68 Nm @ 11500 rpm; berat full tank 200 Kg; harga 10490 Euro.
3. Kawasaki ZX-6R: 128 PS @ 14000 rpm; 67 Nm @ 11800 rpm; bobot full tank 193 Kg; harga 10890 Euro.
4. Yamaha YZF-R6: 129 PS @ 14500 rpm; 66 Nm @ 11000 rpm; bobot full tank 193 Kg; harga 11750 Euro.
5. Triumph Daytona 675: 3 Silinder segaris; 124 PS @ 12600 rpm; 72 Nm @ 11600 rpm; berat full tank 190 Kg; harga 10990 Euro.

Kondisi:
Setiap motor yang ditest dipasangi transponder untuk menghitung waktu tempuh dengan akurat. Setiap motor supersport standard ini disetel suspensinya semaksimal mungkin dengan kondisi sirkuit. Ban yang digunakan adalah Metzeler Racetec Interact yang tersedia dalam kompon K0 (lunak) hingga K2 (keras). Untuk pemakaian harian, tersedia tipe K3. Untuk test kali ini digunakan tipe K2. Menurut hasil test, ban ini sanggup memberikan daya cengkeram yang sangat baik di aspal sirkuit yang saat itu bersuhu rendah. Daya tahan ban setelah pemakaian kurang lebih 60 lap pun dinyatakan oke.
Tadinya test hendak diselenggarakan di sirkuit yang benar-benar masih gress, yakni sirkuit Parcmotor Castelloli di dekat Barcelona. Namun, setelah ditinjau, ternyata trek masih dianggap kotor dan tidak maksimal untuk melakukan test komparasi. Akhirnya tim bergegas menuju ke sirkuit lainnya yang masih berada di dekat kota Barcelona ( Wow..banyak ya sirkuitnya! Ga heran Spanyol banyak menyimpan talenta balap roda dua). Singkatnya, test diselenggarakan di sirkuit Calafat yang memiliki panjang 3,46 Km. Sirkuit ini dinilai cukup menantang dan lengkap untuk menguras kemampuan jagoan-jagoan Supersport: tikungan cepat, tikungan kombinasi kanan-kiri, tikungan tajam dan titik-titik dimana motor harus direm habis-habisan. Selain itu, sirkuit yang pada awal tahun ini diaspal ulang menawarkan lintasan yang bebas gelombang, jadi bisa rebah seenak dengkul...eh jidat.

Sekilas Fakta
Sejak tahun 2002, Honda selalu jadi rajanya WSS. CBR 600 RR ABS tahun ini pun disiapkan Honda untuk melanjutkan tradisi ini. Dengan modifikasi di kepala silinder dan knalpot, putaran menengah CBR lebih baik dari versi sebelumnya. Selain itu, CBRlah satu-satunya yang diperlengkapi ABS yang dikembangkan untuk balapan. Seperti yang pernah kita bahas, peranti ini membuat CBR naik bobotnya hingga 10 Kg. Akibatnya, doi tidak lagi menjadi yang paling ringan di lapangan. Meskipun demikian, masih ada Suzuki yang lebih berat, bahkan paling berat diantara kontestan kali ini. Gixxer (kita sebut dengan panggilan kesayangannya) tampaknya belum bertobat, sehingga dosanya paling banyak: 200 Kg!
Seperti yang pernah kita bahas juga, Kawasakilah yang paling rajin bikin PR. ZX-6R yang melakukan crash diet hingga 10 Kg dan menggaet garpu BPF Showa menjadi salah satu kontestan yang paling siap tempur. Terbukti saat test WSS, ZX-6R sanggup menyodok podium!
Satu-satunya kontestan asal Eropa, yakni Triumph hadir dengan Daytona 675. Satu-satunya motor kontestan yang bermesin 3 silinder ini sama sekali tidak bisa dianggap enteng! Bobotnya yang paling ringan lho diantara kontestan yang ada. Terlebih lagi, Triumph turut membenahi dapur pacunya. Kini, doi sanggup berkitir 400 rpm lebih tinggi dan bertenaga 2 PS lebih kuat dibandingkan terbitan tahun lalu. Motor yang merknya mengingatkan kita pada benda yang dipakai wanita dan disukai pria ini memang sedang bangkit. Tidak hanya di kelas Supersport, tahun lalu, Triumph Speed Triple dinobatkan sebagai motor naked terbaik lho... Sebagai informasi tambahan, di IDM (balap moge Jerman), Daytona 675 tahun lalu berhasil menobatkan dirinya menjadi motor terbaik!
Bagaimana dengan Suzuki dan Yamaha? Apakah mereka terlalu santai? Atau memang tak sanggup meningkatkan performa gacoannya dengan berbagai alasan? R6 memang tahun lalu paling oke. Performanya setingkat diatas rekan senegaranya, begitupun harganya, paling mahal! Okelah R6 tidak diotak-atik lagi, tetapi bagaimana dengan Suzuki???!!! Tampaknya kelas ini sedang tidak menjadi fokus Suzuki.


Aksi di Lintasan

Suzuki GSX-R 600
Gixxer simpel dan mudah dikendalikan, sayang bukan yang tercepat di lintasan. Wajar, lihat saja bobotnya. Lihat juga tenaga puncaknya yang mudah ditangani oleh Kawasaki dan Yamaha. Meskipun tenaga puncaknya bukan yang terbesar, Gixxer memiliki karakter pengembangan tenaga yang teratur dan halus. Ini memungkinkan rider cepat menggeber gas selepas tikungan. Perpindahan gigi yang halus dan lancar tentunya memudahkan rider memanfaatkan tenaga Gixxer semaksimal mungkin. Sayangnya, stabilitas doi di tikungan cepat dinilai kurang memuaskan, meskipun tim sudah berusaha menyetel suspensi semaksimal mungkin. Meskipun begitu, Gixxer dinilai dapat memberikan feedback yang jelas saat motor menaklukkan tikungan. Hasilnya, rider bisa lebih pede memaksimalkan performa Gixxer di tikungan.
Saat dilakukan pengereman keras di akhir lintasan lurus, Gixxer bisa dibilang anteng. Tidak hanya kinerja rem dan rangka yang berperan penting di sini, tetapi peranti selip koplinglah yang membuat buritan Gixxer tidak liar akibat engine break. Namun, bobot yang berat membuat Gixxer sedikit lebih molor dalam urusan jarak pengereman.


Honda CBR 600 RR ABS
Kesan pertama: dalam posisi berkendara dan karakter mesin, inilah motor yang paling nyaman dipakai harian. Artinya, bertolak belakang dengan konsep R6 yang disetting paling sembalap diantara konsestan yang ikut test komparasi kali ini. Hal ini bukan hal yang menguntungkan CBR, sebab performa mesin yang paling lemah jelas-jelas bukan keunggulan untuk ajang adu cepat. Terlebih bobot yang naik 10 Kg semakin membuat CBR paling lemot di sirkuit.
Meskipun begitu, CBR mengkompensasi kekurangannya dengan keunggulan di sisi lain. CBR mengandalkan handling yang lincah dan presisi plus feed back yang sangat baik. Peranti stabilizer setang elektronik pun dinilai bekerja sempurna, begitu juga dengan peranti Combined ABSnya! Di saat rider pengguna motor lain sudah melepaskan jari-jarinya dari handel rem saat berada di dalam tikungan, rider CBR masih bisa mengerem motornya di dalam tikungan tanpa takut kehilangan daya cengkram ban ke aspal!
Bagaimana catatan waktunya? Payaaaahhh!!!!! Penyebab utamanya bukan karena tenaganya yang paling lemah ataupun bobotnya yang lumayan berat, tetapi akibat tidak adanya peranti selip kopling di motor ini. Saat memasuki tikungan, buritan CBR menjadi liar akibat engine brake. Bahkan CBR sempat masuk ke gravel! Untung peranti ABS bekerja sempurna, kalau tidak berantakan deh tuh motor seharga rumah!
Disamping liarnya buritan saat engine brake, rasio gir CBR, begitu juga Gixxer, dinilai kurang cocok dengan karakter sirkuit Calafat. Gigi 1 CBR paling pendek Bro, hanya sampai 117 Km/jam. Sedangkan gigi duanya dinilai terlalu panjang, yakni hingga 160 Km/jam. Bandingkan dengan Daytona 675 (123/153 km/jam) dan ZX-6R (125/155 Km/jam)! Faktor terakhir yang turut menyumbangkan kekalahan adalah suspensi CBR yang kurang keras (setelannya kayanya dah mentok tuh...).

Bagaimana performa ZX-6R? Seberapa dahsyatkah Daytona 675??? Sanggupkah R6 mempertahankan gelarnya di sirkuit Calafat???? Nantikan kelanjutannya di blog kesayangan Ki Gede Anue ini........




Sumber:
Motorrad 05/2009

Senin, 02 Februari 2009

Penampakan Teroris




















Yaaa Akhiii...

Menimbang: Minggu depan ane harus menempuh masa ujian

Mengingat: Otak ane tidak termasuk special engine

Memutuskan: Absen dulu hingga 25 Februari 2009

Ane bertekad akan kembali untuk meneror Ente-ente semua dengan artikel-artikel yang tidak kalah sesatnya. Waspadalah..WASPADALAH!!!!!!!!

Terrorist: Arie Slight

Cameraman: Arie Slight

Casting: Arie Slight

Script: Arie Slight

Director: Arie Slight



Foto: HP-Klassikku

MMIX Arieslight Filmsesat GmbH Production

Mahalnya Maenan Motor Klassik.....






Banyak bikers yang terpaksa menghancurkan impiannya sendiri untuk memelihara motor klassik karena mendengar besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk merestorasi ataupun membuat knalpot doi tetap mengebul. Salah satu diantara bikers itu adalah saya.

Bukan hanya harganya saja yang bikin mata melotot, bahkan mata hatipun ikutan melotot. Untuk mendapatkan onderdil motor klassik tidaklah mudah. Mereka yang gemar motor klassik harus sering-sering ngubek loakan atau cari info sana-sini. Kalaupun sudah ketemu barangnya, belum tentu harganya jodoh lho..Maklum, barang langka, bahkan yang orisinal sebagian besar sudah tidak diproduksi lagi. Sesuai hukum ekonomi lah, kalau banyak permintaan, otomatis yang si pemilik barang jadi jual mahal. Cara lainnya adalah langsung memesan keluar negeri. Meskipun barangnya relatif lebih tersedia, harganya juga tidak bisa dibilang murah lho...wong bule-bule banyak yang rebutan juga...

Coba kita lihat bareng-bareng bagaimana puyengnya memikirkan harga barang untuk merestorasi motor klassik. Biar mudah, kita ambil kasus yang belum pernah terjadi alias rekayasa saya. Misalkan ada seorang teman yang baru mendapatkan BMW R25/3 bersurat dengan harga 30 juta. Mahal ya??? Itu belom paling mahal Bro, itu sih standard lah.. masih perlu renovasi sana-sini. (Sebagai info: Di Jerman sendiri, harga BMW R25/3 kondisi 1a alias full orisinal seperti baru keluar pabrik dihargai 6900 Euro)

Oke, kita anggap si R25/3 itu butuh sepasang bantalan di tanki, sepasang emblem baru, mur knalpot, dan sepasang grip gas Magura. Eh ternyata tenaga mesin sudah ngempos...Pas dicek, ternyata kompresinya sudah lemah dan butuh piston baru. Nah, mules-mules deh tuh si empunya...Kita rinci ya:

1. Sepasang grip gas Magura: 15 (2x7,5) Euro
2. Satu mur knalpot:25 Euro
3. Sepasang emblem tanki: 52 (26x2) Euro
4. Sepasang bantalan tanki: 76 (38x2) Euro
5. Piston kedoyanan BMW single engine (Nüral): 128,9 Euro
6. Ongkos kirim ke Jakarta dengan paket kilat hingga 2Kg: 25,8 Euro (naik 2 Euro Bro..kemaren, 09.02.09, ngirim barang ongkosnya jadi 27,8 Euro)
Total: 322,7 Euro.

Berdasarkan pengalaman saya, waktu itu sempat mengirim paket senilai 190 Euroan, pajaknya nyaris Rp. 800.000, 00. Nah Kalau 1 Euro kita anggap Rp. 15000,00, maka untuk melunasi barangnya saja (tidak termasuk pajak) sudah Rp. 4.840.500,00. Lumayan nendang kan? Itu beli sendiri lho..kalau lewat pedagang mah naik lagi lah pastinya... Belum ongkos pasangnya yang tidak semurah bengkel motor umum..maklum, butuh skill yang jarang dijumpai...Jadi, kalau masih ada yang menganggap main motor tua alias motor klassik murah, ya tidak benar itu... tergantung motor dan mereknya juga lah. Mungkin untuk belajar terjun ke segmen ini bisa dimulai dengan merawat Honda CB 100...


Foto: HP-Klassikku

Tak Serumit Da Vinci Code

Banyak bikers yang kenal dengan moge-moge macam Honda CBR, Yamaha YZF-R series dan Suzuki GSX-R dan bisa banyak sesumbar cerita tentang moge-moge ini. Namun, begitu ditanya, CBR singkatan apa seeehhh?? Langsung deh pada diam seribu bahasa...

Nah, kebetulan saya menemukan artikel menarik di katalog motor yang beredar di Jerman di tahun lalu. Ternyata tidak rumit kok, mudah dimengerti lah, tetapi bisa jadi bahan perdebatan juga lho karena ketidakkonsistenannya..

KTM
Kita mulai dari motor karya negeri asalnya Hitler, KTM. Baru tau ya?? Hitler itu aslinya orang Austria Bro.. Oke, kita ngomongin KTM aja lah. Apa kepanjangan KTM? Pasti deh banyak yang bisa jawab ngasal, perkara betul atau salah belakangan... Kick Twenty Minutes?? Alias motor yang kudu diselah 20 menit baru mau idup?? Bukan itu.. tetapi singkatan dari nama pendirinya: Kronreif dan Trunkenpolz. M sendiri adalah singkatan dari letak pabriknya, yakni di Mattighofen. Nah, dah tahu kan sekarang, tapi susah ya namanya, apalagi ngafalinnya.. Salah satu produk KTM yang legendaris adalah LC4, singkatan dari Liquid Cooling, dan 4 artinya mesin 4 tak. Kalau RC8 apa dong artinya???

Suzuki
Pabrikan yang didirikan Michio Suzuki ini tidak neko-neko dalam memberi nama motor. Kodenya menyimbolkan spesifikasi teknis si motor. Namun, kalau kita tidak mengerti rahasianya, susah juga kan. Begini lho: G itu bukan plat kendaraan Tegal, tapi digunakan untuk motor yang habitatnya di jalan aspal. S sendiri mewakili mesin-mesin 4 tak. X berarti mesin motornya memiliki 4 klep per silinder. Nah, R itu paling gampang, Racing! Jadi GSX-R artinya....tahu sendiri lah, gabungin aja semuanya.. Namun, pasti Bro yang kenal sama motor-motor Suzuki lainnya merasa ada kejanggalan. Memang, ada yang tidak konsisten lho...misalnya, Suzuki TS..apakah S untuk mesin 4 tak??!!! Contoh lainnya di jajaran Suzuki Bandit/ GSF, ga ada X-nya kan? Padahal Bandit satu silindernya punya 4 klep juga lho.. Nah kalau F di Bandit itu singkatan dari Four, jumlah silindernya.

Kawasaki
Jurus singkat menyingkat di perusahaan yang didirikan Shozo Kawasaki ini agak-agak tidak jelas. Kenal Kawasaki seri GPZ kan? Salah satunya ya yang beken gara-gara dinaikin Tom Cruise di film Top Gun, itu lho film tentang penerbang pesawat tempur USA yang dikloning sama insan film Indonesia jadi Perwira Ksatria yang dibintangi Dede Ucup bin Sanusi dan Doni Damara Blezynski. GP itu singkatan Grand Prix, sedangkan Z untuk menandai kalau mesinnya 4 tak. Kalau huruf X di jejeran motor ZX Kawasaki menandakan motor itu motor sport. Nah R-nya sendiri seperti biasa: Racing, contohnya ya ZX-6R dan ZX-10R. Bagaimana dengan moge untuk pemula, si ER-6? Huruf E disini artinya mesin 2 silinder sejajar. Nah, kalau huruf R letaknya sebelum strip (-) artinya itu motor sport, tetapi bukan motor balap lho...

Yamaha
Bagaimana urusan singkat menyingkat di perusahaan yang didirikan Torakusu Yamaha ini? (masih ada hubungan sama Tora Sudiro ga ya??). PR Yamaha Jerman menjelaskan begini: Y itu ya untuk Yamaha, Z untuk 4 tak, sedangkan F untuk 4 silinder dan R ya Racing pastinya...masa Raden...Nah ada banyak ketidakkonsistenan kan..apakah RX-Z, F1ZR dan 125 Z, mesinnya 4 tak????!!! Terus Zaenudin MZ mesinnya 8 tak ya?? kan Z-nya ada 2... Kalau Bro ingat YZR 500, itu lho, andalan Yamaha di GP500, kan mesinnya 2 tak tuh. Belum lagi TZR yang juga 2 tak..Jangan-jangan PR Yamaha Jerman ngaco nih ngasih informasi. Kalau benar, artinya Z bukan kode untuk mesin 4 tak. Atau mungkin ada standard lainnya di Yamaha??? The truth is out there.....

Honda
Beralih ke pabriknya si Soichiro Honda. Kita mulai dari yang paling akrab sama orang Indonesia sejak tahun 70an, yup, si CB. CB itu singkatan dari City Bike. Kalau CBR itu mudah saja: City BuRhaliza..Ngerti ora Bro???!! Oke, mudah ditebak lah, R-nya itu Road. Jadi kalau di CBR1000RR ya City Bike Road dengan mesin 1000cc dan tujuannya untuk Road Racing. Bagaimana dengan VTR? Gampang juga kok, V artinya ya konstruksi mesin V, T dari Twin dan R untuk Road. Bagaimana dengan VFR? Seperti pabrikan lainnya, F itu singkatan dari Four alias untuk menandai motor 4 silinder, jadi mesin yang digunakan berkonstruksi V-4.


Menjual Nama Besar
Tahun 90an, pasti kita masih terpukau kalau ada orang yang bilang di rumahnya nangkring CBR. Hari gini, biarpun termasuk mahal, tetapi sudah lumrah...ya dengan hadirnya si CBR 150. Nama CBR yang melegenda di dunia motorsport memang punya nilai jual tersendiri. Tidak hanya si CBR 150, CBR 125R juga termasuk motor yang menyandang nama besar CBR. Pernah membayangkan, seandainya kedua CBR mini ini tidak menyandang nama CBR? Apakah bisa selaris saat ini? Hal yang sama juga bisa kita lihat di produk Yamaha. Apakah YZF-R125 bermesin 4 silinder?? kan ada F-nya? Begitu juga dengan Kawasaki. Apakah ZX130R memang motor sport untuk balap??

Tampak jelas kan kalau nama besar moge-moge pabrikan tersebut dikerahkan untuk menaikkan daya jual motor-motor berkapasitas kecil mereka. Pabrikannya saja sudah tidak konsisten, jadi jangan salahkan kalau sebagian pemilik Suzuki Thunder 250 menyebut motor mereka GSX 250 dan sebagian pemilik Yamaha V-ixion menjuluki motor kesayangannya FZ150. Itulah arti kebesaran sebuah nama......


Sumber:

Katalog. Alle Motorräder in Deutschland 2008.

Foto: HP-Klassikku

Diana, Si Cantik dari Georgia




Ada satu motor di ajang Oldtema Erfurt yang lumayan menarik perhatian, maklum, tertulis begini: Rarität aus Georgien! Sehr selten zu sehen! Artinya: Barang langka dari Georgia! Sangat jarang terlihat!
Berhubung saya terkena provokasi, ya saya sempet 3 menit sendiri di sekitar si sexy yang mini ini. Dan ternyata benar saja, saat saya coba surfing di Google, tidak ada satu foto atau artikel pun tentang si cantik, Diana D8, bisa saya temukan! Kalau Bro tidak percaya, silakan ikutan nge-Google...ketik Diana, Georgien! Pasti deh yang keluar Diana yang tak kalah cantiknya, plus Sexy abis hehe... tapi bukan si sepeda motor ini lho..ayo dicoba... Saya pribadi kepincut sama warna dan bentuknya. Belum lagi konsep sepedanya yang masih kental dan menawarkan nuansa klassik yang funky abis..Ga kalah gaya deh sama anak-anak low rider.
Berhubung ini motor langka, susah juga cari informasinya. Saya hanya bisa menyampaikan yang tertulis saja saat di ajang itu. Tertulis tipenya: Diana, menggunakan motor D8. Si merah mini ini ternyata sudah berumur juga lho, walaupun belum tua-tua amat. Doi diproduksi pada tahun 1973 oleh Motofabrik Roter Oktober. Kapasitasnya kecil, hanya 45 cc.Untuk mesinnya, saya tidak tahu apakah 2 tak atau 4 tak, tetapi kalau menurut tebakan saya sih mesin 2 tak. Berhubung kapasitasnya kecil dan memang bukan untuk kebut-kebutan, doi hanya punya tenaga puncak 1,2 PS. Cukuplah, kalau buat alat transportasi sehari-hari.
Wah ternyata negara kecil yang indah pemandangan pegunungannya seperti Georgia bisa bikin motor sendiri. Kalau mengingat jumlah penduduk mereka yang hanya 5 jutaan, wah malu dong Indonesia kalau tidak bisa kreatif seperti Georgia. Mestinya kita bisa mulai dari memproduksi motor-motor rasa sepeda seperti si Diana, baru deh mimpi bisa punya pabrik motor yang handal untuk balap, layaknya Ducati.


Foto: HP-Klassikku

Ruang Kosong Adalah Emas





Nah itu dia yang jadi cikal bakal kenapa benda yang kita gandrungi disebut sepeda motor. Karena antara motor dan sepeda, sepeda duluan yang mengantar orang zaman dulu kemana-mana. Berhubung saya baru menyukai motor-motor klassik, maka saya belum bisa banyak komentar tentang asal usul maupun spek sepeda-sepeda motor ini. Yang pasti, saat melihat penampakan mereka di Oldtema Erfurt, timbul langsung rasa suka dan ketertarikan pada motor yang masih kental unsur sepedanya ini. Justru motor seperti inilah yang bisa disebut motor kuat! Memang tenaganya kecil, paling hanya 1-3 PS. Namun, kuat itu saya artikan: tidak tergantung!
Ketidaktergantungan inilah yang saya lihat sebagai sebuah kekuatan. Sepeda motor yang masih dilengkapi pedal dan tampaknya menjadi konsep yang mengawali kiprah si roda dua di jagad alat transportasi adalah alat transportasi yang sangat praktis. Ketika bahan bakarnya habis, tujuan masih bisa diraih. Bahkan kalau memang hobi olah raga, si sepeda motor ini tak perlu lah diisi-isi bensinnya, kan makin banyak digenjot, makin sehat tuh betis, paling juga pegel-pegel atau varises. Kalaupun onderdil ada yang rusak, bukan berarti si sepeda motor tidak bisa digunakan lagi. Sepeda motor semacam ini cocok juga buat safety riding lho...Buat pacaran juga cocok, kan tambah lama sampai tujuan..bukankah kalau berdua pacar yang penting perjalanannya??
Sayangnya, kelas atau jenis sepeda motor seperti ini dilupakan. Pabrikan meninggalkan ruang kosong..tapi, itu sebenarnya kesempatan emas! Lihat saja Kawasaki Ninja 250...berhasil kan menggunakan ruang kosong! Nah, di saat pabrikan motor di Indonesia sibuk menaikkan tenaga dan kapasitas bebeknya, dan tentunya menambah sengitnya perang, ruang kosong ini semakin terlupakan. Emas itu semakin tertimbun debu-debu kompetisi! Tentunya untuk meraih kesempatan emas ini dibutuhkan pabrikan yang mempunyai goodwill yang baik.
Apa untungnya produksi sepeda motor yang masih berasa banget unsur sepedanya ini?
1. Ya ruang kosong itu! Tidak ada saingan! Produk yang pertama keluar akan menentukan standard dan jadi maskot di kelas ini. Produknya tidak perlu lah bagus-bagus amat. Incer saja dulu harga yang extra murah, misalnya di bawah 7 juta rupiah. Toh yang akan beli pada awal-awalnya mereka yang kepincut dengan kelebihannya yang tidak terlalu tergantung bensin. Harga di bawah 7 juta saya rasa wajar. Motor jenis ini tidak perlulah pakai shockbreaker (tentunya bakal berubah kalau persaingan sudah sengit). Untuk bahan baku juga lebih murah kan..kan tidak perlu buat body, tidak perlu spidometer dan lebih sedikit menggunakan bahan baku logam. Selain itu, bahan baku untuk membangun mesin bertenaga kecil tentunya lebih irit dong..misalnya ga perlu klep titanium, ga perlu pengapian racing, ga perlu busi racing, oli juga yang standard aja cukup lah hehe...
2. Memang motor ini tidak cocok untuk perjalanan jarak jauh, tetapi buat mereka yang tempat kerjanya dekat, boleh jadi jenis motor ini yang bakal dilirik pertama kali. Atau kalau produsen bisa menawarkan bentuk yang manis, bisa jadi penggemar sepeda seperti low rider menambah koleksinya!
3. Konsumen yang tidak doyan ngebut, ataupun yang sudah tobat ngebut, akan melihat motor ini menjadi alternativ yang sangat menggoda. Selain itu, hinaan yang mengatakan: Ah..pelan tuh bebek...Ah bodinya gampang pecah..Ah ga canggih dsb., bisa dieliminir. Kenapa? Ya namanya juga sepeda..ga perlu canggih-canggih amat, ga perlu bodi fiber, ga perlu rem cakram, perawatan extra ringan dan orang ga bakal ngompor-ngomporin ngajak ngebut kan...(kecuali sableng).
4.Soal pajak..Karena kapasitasnya kecil, harusnya lebih murah pajaknya. Di Jerman, motor dengan kapasitas kurang dari 50 cc ataupun top speednya tidak lebih dari 45 Km/jam tidak pakai plat nomor, dan tentunya tidak pakai pajak...wah adem di kantong nih..
5.Masih banyak lho orang yang doyan motor klassik, tetapi dananya pas-pasan. Saat ini, pabrikan yang bermain di Indonesia tidak ada yang mengincar segmen ini.
Hayooo, siapa yang mau duluan mengisi ruang kosong??????


Foto: HP-Klassikku